BRIEF.ID – Kalangan investor di pasar modal merespons positif data ekonomi Indonesia, sehingga menjadi salah satu penggerak penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG ditutup menguat di level 8.548,79 atau menguat 0,47%) pada perdagangan Senin (1/12/2025).
Saham sektor consumer cyclical membukukan penguatan terbesar, sebaliknya saham sektor properti mencatatkan koreksi terbesar.
Investor mencerna sejumlah data ekonomi Indonesia yang dirilis Senin (1/12/2025). Indeks Manufacturing PMI bulan November 2025 naik pada level 53,3 dari 51,2 di Oktober 2025, serta mencatatkan level tertinggi sejak Februari 2025 setelah empat bulan berturut-turut berada di area ekspansi.
Surplus neraca perdagangan bulan Oktober 2025 berkurang menjadi US$ 2,4 miliar dari US$ 4,34 miliar di September 2025. Ini merupakan surplus paling kecil sejak April 2025, yang disebabkan turunnya ekspor sebesar 2,31% YoY dan merupakan penurunan pertama sejak Maret 2024, demikian dikutip dari laporan Phintraco Sekuritas.
Disebutkan, turunnya ekspor disebabkan oleh melambatnya permintaan dari Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok serta adanya penurunan permintaan dari Jepang dan India.
Sementara itu, inflasi November 2025 melambat menjadi 0,17% MoM dari 0,28% MoM, sehingga secara tahunan laju inflasi November 2025 juga melambat menjadi 2,72% YoY dari 2,86% YoY pada Oktober 2025.
Indeks di bursa Asia ditutup mixed pada perdagangan Senin (1/12/2025), akibat data manufaktur PMI Tiongkok mengalami kontraksi pada level 49,9 di bulan November 2025 dari 50,6 pada Oktober 2025.
Indeks di bursa Eropa dibuka melemah dan indeks futures di Wall Street bergerak melemah setelah menguat pada perdagangan Jumat (28/11/2025).
Secara teknikal, terjadi penyempitan histogram positif MACD dan Stochastic RSI mengarah ke area oversold sehingga IHSG diperkirakan masih akan bergerak konsolidasi di kisaran 8.500-8.600, pada perdagangan Selasa (2/12/2025).
Saham-saham yang diunggulkan, di antaranya INDY, MBMA, ANTM, HRUM, dan UNVR. (nov)


