BRIEF.ID – Untuk kedua kalinya dalam satu dekade, dunia mengalami episode pemutihan terumbu karang secara besar-besaran imbas suhu laut yang semakin memanas, demikian peringatan Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) pada Senin (15/4/2024).
Fenomena ini mengancam kelangsungan hidup terumbu karang di seluruh dunia, termasuk Great Barrier Reef di dekat Australia.
“Ketika lautan terus menghangat, pemutihan karang menjadi lebih sering dan parah,” kata koordinator Observatorium Terumbu Karang NOAA, Derek Manzello, dilansir RRI, Kamis (18/4/2024).
Proses ini terkait dengan kenaikan suhu air, yang mengakibatkan perubahan warna, dan dapat menyebabkan kematian organisme jika terpapar tekanan panas yang ekstrem dan berkepanjangan.
Tetapi membalikkan fenomena ini mungkin saja terjadi. Karang yang terkena dampak dapat bertahan hidup jika suhu turun dan pemicu stres lainnya, seperti penangkapan ikan berlebihan atau polusi, diminimalkan. Episode pemutihan saat ini adalah yang keempat yang dicatat oleh NOAA sejak 1985. Episode sebelumnya diamati pada tahun 1998, 2010 dan 2016.
“Skala dan tingkat keparahan pemutihan karang massal adalah bukti nyata dari efek merusak dari perubahan iklim saat ini,” kata Pepe Clark dari World Wide Fund for Nature (WWF), sebuah organisasi non-pemerintah.
NOAA memperkirakan bahwa Bumi telah kehilangan antara 30 persen hingga 50 persen terumbu karangnya, dan terumbu karang tersebut dapat hilang sama sekali pada akhir abad ini jika tidak ada perubahan besar yang dilakukan. Suhu lautan, yang memainkan peran kunci dalam mengatur iklim global, mencapai rekor tertinggi absolut baru pada bulan Maret, yaitu 21,07 derajat Celcius yang diukur di permukaan, tidak termasuk daerah dekat kutub, menurut Observatorium Copernicus Eropa.
No Comments