BRIEF.ID – Negosiasi tarif resiprokal antara Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS), kini berlangsung intensif, menyusul kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menetapkan tarif impor sebesar 32% atas produk-produk Indonesia, pada 2 April 2025. Sebagai respons, Pemerintah Indonesia dan AS telah sepakat untuk menyelesaikan negosiasi dalam waktu 60 hari, dengan masa penundaan penerapan tarif selama 90 hari yang berlaku hingga awal Juli 2025.
Pemerintah Indonesia diwakili Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Sugiono, dan sejumlah pejabat lainnya. Saat berada di AS, Airlangga beserta delegasi diterima Ambassador Jamieson Greer dari United States Trade Representative (USTR) pada Kamis (17/4/2025).
Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara yang telah diterima secara resmi USTR, untuk memulai negosiasi terkait penerapan tarif perdagangan, khususnya dalam merumuskan upaya strategis menyusul pemberlakuan kebijakan tarif resiprokal.
“Kami sangat mengapresiasi langkah yang ditawarkan Indonesia. Saat ini AS tengah berfokus pada perluasan pasar dan penguatan ekonomi dalam negeri, dan kami melihat peluang yang besar untuk bekerja sama dengan Indonesia,” ujar Ambassador Greer.
USTR menjadi lembaga terdepan yang bertanggungjawab mengoordinasikan kebijakan perdagangan internasional AS, menyangkut tarif komoditas dan merupakan negosiator perdagangan utama untuk AS pada semua lini perjanjian perdagangan dan investasi bilateral, regional, dan multilateral. Tak heran, USTR menjadi pihak AS pertama yang didatangi perwakilan semua negara dalam melakukan negosiasi tarif dengan AS.
Pada pertemuan dengan Ambassador Jamieson Greer (USTR), Airlangga menyampaikan tawaran dan permintaan dari Pemerintah Indonesia, untuk merespon kebijakan tarif perdagangan AS.
“Sebagai sesama negara demokrasi terbesar, Indonesia dan AS terbuka untuk menjalin kerja sama saling menguntungkan, khususnya dalam mewujudkan perdagangan yang adil dan berimbang,” kata Airlangga melalui pernyataan tertulis yang diterima Sabtu (19/4/2025).
Dikutip dari berbagai sumber, langkah-langkah strategis yang ditempuh Indonesia, di antaranya meningkatkan impor dari AS. Indonesia berencana meningkatkan impor dari AS hingga US$ 19 miliar, termasuk sekitar US$ 10 miliar untuk energi. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi surplus perdagangan Indonesia dengan AS yang mencapai US$ 16,8 miliar pada 2024, serta menghindari penerapan tarif tinggi .
Selain itu, Indonesia melakukan diversifikasi sumber impor untuk mendukung peningkatan impor dari AS. Indonesia juga akan mengurangi pesanan dari negara lain, terutama di sektor pertanian dan energi. Produk yang akan diimpor mencakup gandum, kedelai, dan bungkil kedelai.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menyederhanakan prosedur impor produk hortikultura dari AS dan memberikan kemudahan perizinan serta insentif bagi perusahaan AS yang beroperasi di Indonesia.
Sebagai bagian dari kerja sama strategis, Indonesia mengusulkan kerja sama di bidang mineral kritis, seperti nikel, serta memperkuat kemitraan perdagangan, investasi, dan ketahanan rantai pasok.
Harus diakui bahwa produk tekstil dan garmen Indonesia menjadi sektor paling terdampak, dengan tarif impor ke AS yang dapat mencapai hingga 47% setelah penambahan tarif sebesar 10% di atas tarif dasar sebelumnya yang berkisar antara 10-37%. (nov)