Lagi, Lembaga Asing Turunkan Prediksi PDB Indonesia 2025

BRIEF.ID – Kondisi ekonomi Indonesia, yang memburuk seiring defisit anggaran dan melonjaknya arus modal keluar (capital outflow) membuat lembaga asing ramai-ramai menurunkan prediksi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Tahun 2025.

Prediksi terbaru datang dari bank terbesar di Singapura, OCBC, memperkirakan PDB Indonesia pada kuartal I 2025 hanya akan tumbuh 4,8%, dari perkiraan sebelumnya sebesar 5%.

Penurunan prediksi pertumbuhan kuartal I 2025 tersebut menyusul langkah efisiensi melalui pemotongan anggaran pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang dinilai akan berdampak pada pertumbuhan jangka pendek.

Seperti dilansir Bloomberg News, OCBC memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun ini juga hanya mencapai 4,9%, lebih kecil dibanding prediksi sebelumnya sebesar 5,1%.

“Dampak jangka pendek beberapa kebijakan kemungkinan akan melemahkan pertumbuhan ekonomi pada paruh pertama tahun ini, akan tetapi masih ada peluang perbaikan pertumbuhan pada semester II 2025 dan pada 2026,” kata Ekonom OCBC, Lavanya Venkateswaran, dan Ahmad A. Enver, dalam pernyataan resmi, Jumat (14/3/2025).

Outlook fiskal Indonesia dinilai masih berada dalam ‘ketidakpastian yang tinggi’ perihal garis waktu realokasi anggaran serta pelaksanaannya. Lalu, kurangnya tambahan sumber pendapatan negara, ditambah modal awal pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara, juga berdampak pada penerimaan.

“Jadi kemungkinan terjadinya perlambatan fiskal pada 2025 tidak dapat dikesampingkan,” kata ekonom OCBC. 

Prediksi OCBC tersebut menambah panjang daftar penilaian ekonomi Indonesia yang suram dari berbagai lembaga keuangan global. Sehari sebelumnya, lembaga pemeringkat global Fitch Ratings juga memprediksi  pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah menjadi 4,9% pada 2026, dan berada di 5% pada 2025.

Potensi pelemahan pertumbuhan juga akan menjadi kemunduran bagi ambisi Presiden Prabowo menggenjot PDB tumbuh hingga 8%. Fitch bahkan menilai target PDB itu, hanya terlihat menantang tanpa reformasi struktural yang signifikan.

Selain itu, Fitch juga memperingatkan bahwa outlook fiskal Indonesia ke depan masih sangat tidak pasti terutama dalam jangka menengah,  
kendati mempertahankan peringkat surat utang negara di kategori investment grade, dengan peringkat ‘BBB’ dan outlook stabil.

Lembaga tersebut memperkirakan defisit fiskal RI pada tahun ini diperkirakan naik menjadi 2,5% dari PDB, lebih tinggi ketimbang 2,4% pada 2024.

“Kami memperkirakan ada kenaikan defisit fiskal yang ringan dalam beberapa tahun mendatang untuk mengakomodasi belanja tambahan pemerintah dan investasi infrastruktur,” demikian pernyataan Fitch.

Rekomendasi Investasi

Prediksi Fitch Ratings melengkapi beberapa analisis ‘panas’ yang datang dari lembaga asing lain terhadap rekomendasi investasi di Indonesia.

Salah satu, di antaranya Goldman Sachs Group Inc, menurunkan rekomendasi untuk aset-aset investasi Indonesia, baik saham maupun surat utang, menggarisbawahi kenaikan risiko fiskal menyusul berbagai kebijakan yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto.

Goldman menurunkan peringkat saham Indonesia dari ‘overweight‘ menjadi ‘market weight‘ dan menyesuaikan rekomendasi untuk surat utang negara tenor 10 tahun sampai 20 tahun menjadi ‘neutral‘ dari sebelumnya sebagai salah satu pilihan obligasi negara favorit.

Penilaian tersebut makin menambah pesimisme Goldman terhadap perekonomian Indonesia, setelah sebelumnya melansir defisit fiskal Indonesia tahun 2025 naik menjadi 2,9% (dari PDB), dari prediksi semula 2,5%.

Penilaian serupa juga datang dari  Morgan Stanley, institusi jasa keuangan global yang berpusat di New York, yang  memangkas rasio saham Indonesia di daftar MSCI dari ‘equal weight‘ menjadi ‘underweight’ , dalam riset yang dirilis pada 19 Februari 2025.

Perkiraan serupa juga datang dari perusahaan riset multinasional Inggris, anak usaha Fitch Solutions dari Fitch Group, yaitu BMI. Lembaga ini memprediksi defisit APBN tahun ini akan menyentuh 3%, batas atas yang diizinkan oleh Undang-Undang, menyusul langkah belanja ekspansif Prabowo di tengah absennya rencana konkret memperluas basis pajak.

Hasil riset BMI menunjukkan defisit fiskal RI rata-rata akan di kisaran 3% selama lima tahun ke depan. Hal itu, dipicu kurangnya perencanaan konkret untuk memperluas basis pajak, dan bisa membahayakan posisi fiskal Indonesia karena presiden ingin meningkatkan belanja publik untuk agenda kebijakannya.

Capital Outflow

Berbagai kebijakan pemerintah yang kontroversial di tengah perekonomian yang menghadapi kelesuan konsumsi domestik serta ketidakpastian global, telah memicu sentimen negatif terutama dari investor asing terhadap pasar keuangan Indonesia.  

Hal itu, terlihat dari arus keluar modal asing dari pasar saham tak terbendung, mencapai Rp23,61 triliun sepanjang tahun ini. Rasio tabungan masyarakat RI juga jatuh ke level terendah sejak 2021, saat masa pandemi Covid-19.

Sementara itu, Lloyd Chan, Ahli Strategi di MUFG Bank, salah satu bank terbesar di Jepang, memprediksi kondisi ekonomi Indonesia semakin memburuk dalam enam bulan ke depan.

Kondisi tersebut menurunkan keyakinan konsumen ke level terendah dalam tiga bulan, ketika lapangan kerja makin sulit didapatkan dan arus pemutusan hubungan kerja kian meluas ke berbagai industri.

Pada kuartal I 2025, pertumbuhan ekonomi RI diprediksi akan terkontraksi 0,90% quarter-to-quarter (qtq), lebih buruk dibanding prediksi sebelumnya yang masih memperkirakan akan ada pertumbuhan positif 0,20%.

Pada kuartal II 2025, ekonomi domestik diperkirakan tumbuh 3,60% qtq, juga lebih tinggi dibanding perkiraan sebelumnya sebesar 2,60%. 

Pada 2025, perekonomian RI juga diperkirakan masih menghadapi risiko resesi. Potensi terjadinya resesi dalam 12 bulan ke depan mencapai 5%, berdasarkan 7 responden survei.

“Kami memprediksi kebijakan tarif AS sebesar 10% pada China akan berdampak langsung menurunkan 0,2 poin persentase laju PDB Indonesia pada 2025. Itu terutama karena ekspor yang melemah dan arus investasi tetap yang juga turun.

Hal itu berarti, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melambat di kisaran 4,9% tahun ini, di bawah target Pemerintah RI sebesar 5,2%. Sementara, rencana Presiden Prabowo memangkas anggaran, bisa menjadi penghambat (pertumbuhan) tambahan,” kata Lloyd Chan.

Defisit Anggaran

Mengacu pada hasil survei Bloomberg  terhadap 33 ekonom sampai akhir Februari lalu, defisit fiskal RI diperkirakan melebar menjadi 2,6% dari PDB pada kuartal I 2025.

Kemudian angkanya makin meningkat menjadi 2,9% pada kuartal II 2025. Baru pada separuh kedua tahun ini, defisit fiskal sedikit turun jadi 2,8% pada kuartal III 2025 dan sebesar 2,7% pada kuartal IV 2025.

Para ekonom juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI tahun ini hanya 5%. Pada kuartal I 2025, pertumbuhan ekonomi RI diprediksi terkontraksi 0,90% quarter-to-quarter (qtq), lebih buruk dibanding prediksi sebelumnya dengan pertumbuhan positif 0,20%.

Pada kuartal II 2025, ekonomi domestik diperkirakan tumbuh 3,60% qtq, juga lebih tinggi dibanding perkiraan sebelumnya sebesar 2,60%. 

Hal itu berarti, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 bisa melambat di kisaran 4,9% tahun ini, di bawah target Pemerintah RI sebesar 5,2%. (Bloomberg/jea)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Agensi Gold Medalis Klarifikasi Kim Soo Hyun Pernah Pacaran dengan Kim Saeron, Prada Putuskan Kontrak

BRIEF.ID - Agensi Gold Medalis mengklarifikasi bahwa Kim Soo...

Harga Emas Antam Akhir Pekan Turun Tipis Jadi Rp1.739.000 per Gram

BRIEF.ID - Harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam)...

Pemerintah Fokus Hilirisasi dan Energi Baru Terbarukan Penuhi Target Investasi

BRIEF.ID - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM yang juga...

Rosan:Danantara Terbuka di Semua Proyek dan Program Pemerintah

BRIEF.ID – Kepala Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara...