Bali – Salah satu diskusi panel yang diadakan di pertemuan tahunan IMF World Bank 2018 mengangkat tema mengenai “Empowering Women in The Workplace”. Diskusi tersebut menyoroti ketidakadilan gender, yang masih dianggap menghambat potensi pembangunan negara, ekonomi, dan korporasi.
Mengenai hal ini, Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyatakan perempuan memiliki kontribusi yang baik terhadap keluarga, ekonomi, dan masyarakat. Ia menjelaskan bahwa Indonesia tidak memiliki peraturan yang melarang seorang wanita bekerja, namun ada pandangan patrialisme yang berkembang di masyarakat, dimana wanita masih dianggap sebagai sumber kedua pemenuhan nafkah keluarga.
“Di institusi kami Kementerian Keuangan, kami telah menjadi best practice dan mendapatkan penghargaan, karena kami telah menyediakan berbagai fasilitas untuk pekerja perempuan, misalnya ruang menyusui dan tempat penitipan anak. Dengan demikian kita membantu mengurangi perasaan beban pada pekerja perempuan,” ujarnya di Nusa Dua, Bali.
Saat ini, tambahnya, banyak wanita muda yang semangat untuk bekerja. Namun, harus mundur dari pekerjaannya karena faktor menikah, hamil, dan melahirkan. Hal ini, membuat wanita harus mengurus segala hal rumah tangga, karena hal tersebut dianggap sebagai peran utama seorang wanita.
Sedangkan, Managing Director IMF, Christine Lagarde menyatakan saat ini pihaknya tengah menghadapi era-teknologi tinggi (high tech), yang dinilai berpengaruh cukup besar untuk keberadaan perempuan dalam angkatan kerja. “Efek ini bukan karena perempuan bersifat minoritas, akan tetapi karena mereka bekerja dalam bidang pekerjaan yang dapat diotomatisasi. Sehingga teknologi mampu menimbulkan resiko besar terhadap jumlah pekerjaan yang diisi oleh perempuan,” paparnya.
Kemudian Executive Secretary UN Economic Commission for Africa, Vera Songwe menambahkan bahwa perlindungan untuk perempuan sangatlah penting, untuk membuat wanita semakin berkembang dan lebih meningkatkan ide intelektual mereka.
***
No Comments