BRIEF.ID – Pasar Saham Indonesia sedang bergejolak, seiring arus modal keluar (capital outflow) yang dilakukan investor asing dari Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak awal tahun 2025.
Investor asing banyak melepas saham-saham potensial terutama saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hingga harganya turun atau terkoreksi cukup dalam.
Keluarnya modal investor asing dari BEI, terutama dipengaruhi kondisi ekonomi global seiring kebijakan tarif barang impor yang akan diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS), Donad Trump, kepada Tiongkok, Kanada, dan Meksiko.
Adapun total pembelian asing (foreign net buy) di BEI sepanjang tahun 2024 tercatat sebesar Rp16,53 triliun. Sedangkan total penjualan asing (foreign net sell) di BEI sepanjang tahun 2025 tercatat sebesar Rp18,988 triliun.
Kencangnya arus modal keluar sepanjang tahun ini, tentu berdampak pada kinerja harga saham, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), maupun kapitalisasi bursa.
Berikut kinerja harga saham BUMN, IHSG, dan kapitaisasi bursa sejak awal 2025:
> 10 Saham BUMN
Saham BUMN menjadi saah satu daya tarik bagi investor asing untuk masuk ke BEI. Selain memiliki fundamental yang cukup baik, saham BUMN diniai stabil dan mendapat dukungan pemerintah.
Seiring kencangya arus capital outflow, saham-saham BUMN pun banyak diepas investor asing. Berikut kinerja 10 saham BUMN yang tercatat di BEI sepanjang tahun 2025:
1. PT Telkom Indonesia (persero) Tbk (TLKM) : -8,45%
2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) : -11,00%
3. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) : -18,20%I
4. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) : -6,46%
5. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) : -21,40%
6. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) : +6,55%
7. PT Timah Tbk (TINS) : -11,28%
8. PT Jasa Marga (persero) Tbk (JSMR) : -12,24%
9. PT Semen Indonesia (persero) Tbk (SMGR) : -21,27%
10. PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) : -23,80%
> Pergerakan IHSG
IHSG menutup Tahun 2024 dengan kinerja gemilang, dan tercatat menjadi salah satu indeks saham dengan kinerja terbaik di kawasan Asia.
Memasuki tahun 2025, kinerja IHSG berbalik arah ke zona negatif, seiring ancaman kebijakan tarif barang impor terbaru yang dikeluarkan Presiden AS, Donald Trump.
Berikut pergerakan IHSG dan rekor yang dicetak pada penghujung 2024 dan sepanjang tahun 2025:
IHSG Penutupan Perdagangan Tahun 2024: di level 7.079
IHSG Penutupan Perdagangan 27 Februari 2025: di level 6.485 (terendah sejak 4 Oktober 2021)
Sejak awal tahun IHSG terkoreksi: -8,39%
Rekor tertinggi IHSG: di level 7.910 (dari rekor tertinggi, IHSG telah terkoreksi 18% sampai peutupa perdagangan 3 Maret 2025).
> Kapitaisasi Bursa
– Kapitalisasi bursa pada penutupan perdagangan Tahun 2024: Rp12.336 triliun
– Kapitalisasi bursa pada penutupan perdagangan 27 Februari 2025: Rp11.232 triliun
– Penurunan kapitalisasi bursa sejak awal tahun 2025: Rp1.104 triliun
Pengamat pasar modal, Edhi Pranasidhi, mengatakan dengan kondisi ini, secara umum IHSG berada di level yang sama pada 4 Oktober 2021 (Post Covid Recovery). Dengan demikian, foreign net sell masih dapat dikategorikan sebagai aksi ambil untung setelah naik 22% ke level tertinggi di 7.910.
Sebagai catatan, Edhi menyampaikan bahwa foreign net sell sepanjang tahun 2025 telah melebihi foreign net buy sepanjang tahun 2024. Seiring dengan semakin rendahnya harga saham-saham potensial termasuk saham BUMN, potensi asing kembali masuk sangat mungkin terjadi, sehingga bisa berbalik arah dari foreign sell menjadi foreign buy.
Terkait isu BPI Danantara yang menjadi pemicu keluarnya modal dari bursa, menjadi tantangan bagi pemerintah untuk membuktikan kinerjanya. Jika Danantara dapat meyakinkan investor domestik dan asing mengenai pengelolaan investasinya dan pengawasannya transparan, maka sentimen positif akan membuat investasi di pasar keuangan Indonesia termasuk di BEI akan kembali meningkat.
“Keluarnya investor asing saat ini, dapat dimanfaatkan investor domestik untuk membeli (buy) dan menahan (hold) saham-saham blue chips yang sudah dijual atau diepas asing secara bertahap,” kata Edhi. (jea)