Indonesia akan Prioritaskan Komoditas Sawit untuk Penggunaan di Dalam Negeri

August 29, 2024

BRIEF.ID – Pemerintahan akan memprioritaskan penggunaan komoditas sawit dan turunannya termasuk Minyak Kelapa Sawit Mentah atau Crude Palm Oir (CPO) untuk kebutuhan dalam negeri, jika Uni Eropa (UE) tidak lagi menerima ekspor dari Indonesia.

Hal itu, disampaikan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, terkait kebijakan regulasi deforestasi Uni Eropa (EUDR). Kebijakan itumembatasi sejumlah komoditas ekspor asal Indonesia, karena alasan deforestasi.

“Kita enggak usah khawatir, karena Pak Prabowo (Presiden terpilih) sudah mengarahkan untuk menggunakan CPO untuk memproduksi B20 (biodisel) sekarang B35, B35 naik B40, B40 naik B60, selesai. Jadi, terima kasih kalau Barat (Uni Eropa) enggak beli nantinya,” kata Zulkifli, di Jakarta, Kamis (29/8/2024).

Mendag menyampaikan, Indonesia akan membutuhkan banyak stok kelapa sawit untuk memproduksi biodiesel dan bahan bakar alternatif lainnya, seperti bioavtur.

Hal itu, sejalan dengan kebijakan investasi untuk hilirisasi kelawa sawit dan CPO. “Sebentar lagi kita akan investasi untuk pesawat, avtur. Jadi justru kita sekarang akan perlu banyak dari CPO,” ujar Zulkifli.

Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Perdagangan Internasional Kemendag, Bara Krishna Hasibuan, mengatakan ke depannya komoditas kelapa sawit akan diprioritaskan untuk pasar dalam negeri, dibandingkan ekspor.

“Jadi ke depan prioritasnya adalah kepada pasar dalam negeri, yaitu untuk pengembangan biodiesel. Tapi tentu kita tetap akan ekspor CPO,” ujar Bara.

Bara menyampaikan, sampai saat ini permintaan kelapa sawit di dunia masih besar apalagi Indonesia adalah produsen CPO terbesar untuk pasar global.

Dia juga menyampaikan Indonesia tidak akan menghentikan ekspor kelapa sawit. “Tidak akan dihentikan, tapi mungkin dikurangi. Karena nanti prioritasnya untuk memenuhi stock market,” ungkap Bara.

Sementara Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, mengatakan potensi biodiesel B50 di Indonesia sangat besar, mengingat 60% CPO yang beredar di pasar global berasal dari Indonesia. Namun, dia menyebut bahwa ada berbagai isu penolakan, khususnya dari beberapa negara di Eropa.

Selain itu, kebutuhan pergeseran energi dari fosil ke energi terbarukan semakin mendesak. Dalam konteks ini, CPO perlu dikonversi menjadi biodiesel untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih ramah lingkungan.

Dia menuturkan bahwa pemerintah Indonesia telah berhasil menerapkan B35, yaitu 35% dari biosolar yang digunakan berasal dari CPO. Kini, targetnya adalah meningkatkan kandungan biodiesel menjadi B50.

No Comments

    Leave a Reply