BRIEF.ID – Indeks di bursa Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Senin (8/12/2025). Pelemahan itu mencerminkan bahwa investor cenderung bersikap hati-hati menjelang pertemuan The Fed, pada 9-10 Desember 2025 waktu AS.
Meskipun diperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 3,75%. Indeks PCE prices yang sesuai estimasi dikombinasikan dengan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja dan belanja konsumen yang rapuh, memperkuat alasan The Fed melonggarkan kebijakan moneternya.
Peluang penurunan suku bunga The Fed, pada pekan ini sekitar 88%, menurut FedWatch CME. Investor juga akan mencermati proyeksi ekonomi the Fed pada tahun depan serta peluang penurunan suku bunga berikutnya.
Sentimen saham terbebani oleh imbal hasil Treasury tenor 10 tahun yang terus menguat. Indeks acuan ini telah bergerak naik bulan ini meskipun ada kemungkinan the Fed akan memangkas suku bunga pekan ini karena investor khawatir tentang kondisi inflasi di tahun depan dan apakah bank sentral akan mampu melanjutkan pelonggaran kebijakan ke depannya.
Harga US 10-year Bond Yield naik lebih dari 2 bps ke level 4,168%. Harga emas spot melemah 0,2% ke level US$ 4.189 per troy ons, pada Senin (8/12/2025), menantikan hasil pertemuan The Fed, pekan ini.
Harga minyak mentah turun pada Senin (8/12/2025) karena investor memantau perundingan yang kini berlangsung untuk mengakhiri perang di Ukraina, serta menjelang pertemuan The Fed.
Sebelumnya dilaporkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih berpeluang membentuk rekor tertinggi baru pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (9/12/2025).
Laporan Phintraco Sekuritas menyebutkan bahwa IHSG akan bergerak pada resistance 8.800, pivot 8.700, dan support 8.600 setelah ditutup menguat di level 8.710,7 atau naik 0,90% pada perdagangan Senin (8/12/2025). Saham-saham yang diunggulkan, di antaranya HRUM, INDY, BUMI, INKP, dan INCO.
“IHSG sebelumnya sempat mencapai rekor intraday tertinggi baru di 8.720,” demikian disebutkan dalam laporan yang dirilis Selasa (9/12/2025).
Disebutkan, saham sektor kesehatan membukukan kenaikan terbesar, sedangkan sektor industrial menjadi satu-satunya sektor yang melemah. Rupiah ditutup melemah pada level Rp 16,695 per dolar AS di pasar spot (8/12/2025).
Secara teknikal, indikator MACD dan Stochastic RSI masih mengindikasikan peluang penguatan IHSG akan berlanjut, serta didukung oleh kenaikan volume beli. Diperkirakan IHSG berpeluang melanjutkan penguatan menuju level 8.750-8.800.
Penjualan sepeda motor di dalam negeri tumbuh 2,1% YoY di November 2025, setelah tumbuh 8,4% YoY pada Oktober 2025. Secara bulanan, penjualan sepeda motor turun 11,3% MoM di November 2025 dari sebelumnya naik 4,1% MoM pada Oktober 2025.
Pada periode Januari-November 2025, penjualan sepeda motor nasional tumbuh 0,4% YoY dibandingkan periode sama tahun 2024, atau mencapai sekitar 89% – 93% dari target AISI tahun ini sekitar 6,4 juta hingga 6,7 juta unit.
Penjualan sepeda motor yang membukukan pertumbuhan menjelang akhir tahun 2025, mengindikasikan daya beli masyarakat yang mulai membaik sejalan dengan adanya penurunan suku bunga dan paket stimulus dari pemerintah.
Saat ini, investor menantikan data Indeks Keyakinan Konsumen bulan November yang diperkirakan naik di level 122 dari 121,2 pada Oktober 2025. Data penjualan ritel Oktober 2025 diperkirakan akan tumbuh 4% YoY dari 3,7% YoY di September 2025. Dari Amerika Serikat (AS), investor masih menantikan data JOLTs Job Openings bulan September dan Oktober 2025, yang akan dirilis pada Selasa (9/12/2025). (nov)


