BRIEF.ID – Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut Asia menjadi pusat kekuatan ekonomi global. Pasalnya, selain memberikan kontribusi sebesar 60% terhdap pertumbuhan ekonomi global dan merupakan kawasan yang sangat dinamis.
Menurut Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, Krishna Srinivasan, ada 3 alasan yang mendasari penilaian IMF terhadap Asia sebagai pusat kekuatan ekonomi global, yaitu memiliki jumlah tenaga kerja terampil dalam jumlah besar sangat terintegrasi dengan rantai pasokan global , dan mengalami peningkatan besar dalam pertumbuhan poroduktvitas.
“Tiga alasan itu, membuat Asia memberikan kontribusi yang jauh lebih besar untuk pertumbuhan ekonomi global dibandingkan kawasan lain,” kata Srinivasan, seperti dilansir Xinhua, Jumat (25/10/2024).
Dalam laporan terbaru World Economic Outlook (WEO) IMF yang dirilis pada 20 Oktober 2024, IMF mempertahankan proyeksi pertumbuhan global Tahun 2024 di angka 3,2%, sedangkan pertumbuhan ekonomi di Asi, terutama emerging market diperkirakan mencapai 5,3%.
“Emerging market di Asia memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan perekonomian-perekonomian maju,” seiring perekonomian negara maju masih mengalami pengetatan suku bunga dan pelemahan permintaan domestik, kata Srinivasan.
Meski demikian, Srinivasan menyampaikanke depan kawwaasan Asia harus menghadapi risiko fragmentasi geoekonomi, dampak kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dampak perubahan iklim, dan sebagainya. Secara khusus, dampak fragmentasi geoekonomi di Asia sangat mengkhawatirkan
Berdasarkan perkiraan IMF, terdapat sekitar 1.000 langkah pembatasan perdagangan pada 2019, tetapi jumlahnya melonjak menjadi 3.000 pada 2023, dan dapat meningkat pada tahun 2024 hingga 2026.
“Ada banyak sekali langkah-langkah distorsi perdagangan yang terjadi, sehingga menyebabkan fragmentasi yang lebih besar. Di kawasan seperti Asia, yang paling diuntungkan dari integrasi regional dan integrasi rantai pasokan, segala bentuk fragmentasi berarti Asia berisiko mengalami kerugian paling besar,” ungkap Srinivasan.
Hasil kajian IMF menunjukan untuk setiap pembatasan perdagangan, baik itu hambatan tarif maupun nontarif, terdapat 74% kemungkinan negara-negara akan melakukan tindakan balasan, sehingga berdampak bagi pertumbuhan ekonomi.
Dalam jangka panjang, lanjutnya, seluruh kawasan Asia masih menghadapi tekanan pertumbuhan akibat dinamika ekonomi global, yang berada dalam ketidakpastian.Srinivasan mendesak para pembuat kebijakan untuk berfokus pada cara-cara mengurangi pembatasan perdagangan ini.
Laporan terbaru WEO itu menunjukkan bahwa ekonomi China diperkirakan akan tumbuh 4,8 persen tahun ini, atau turun 0,2 poin persentase dari perkiraan sebelumnya. Data produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga yang lebih buruk dari perkiraan, ditambah dengan dukungan kebijakan yang diumumkan baru-baru ini, menunjukkan bahwa risiko-risiko secara umum seimbang.
“Banyak langkah yang baru-baru ini diumumkan oleh otoritas China konsisten dengan saran IMF dalam laporan Pasal IV (Article IV), dan dukungan fiskal yang lebih besar dari pemerintah pusat masih dibutuhkan untuk merehabilitasi sektor properti Tiongkok,” tutur Srinivasan.
No Comments