BRIEF.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) rawan aksi profit taking (ambil untung) seiring laporan kinerja triwulan III 2025 perusahaan tercatat (emiten). Aksi profit taking ramai dilakukan investor terhadap saham emiten potensial, seperti Grup Astra.
Pada awal sesi I perdagangan hari ini, Selasa (28/10/2025), IHSG dibuka melemah 0,42% atau 34,33 poin ke level 8.082. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 0,45% atau 3,74 poin ke posisi 820,79.
Hingga pukul 11:00 waktu JATS, IHSG terpantau masih bergerak di zona merah dan berada di level 8.112. Sepanjang 2 jam perdagangan, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 8.151, dan level terendah di 8.039.
Data perdagangan BEI menunjukkan sebanyak 345 saham naik harga, 287 saham turun harga, dan 167 saham lainnya tidak mengalami perubahan harga atau stagnan.
Volume saham yang ditransaksikan mencapai 16,412 miliar lembar, dengan frekuensi transaksi sebesar 1.270.194 kali, dan nilai transaksi sebesar Rp10,340 triliun.
Sepanjang sesi I perdagangan hari ini, IHSG bergerak variatif di zona hijau dan zona merah. Meskipun secara teknikal IHSG diprediksi berpeluang rebound, nyatanya indeks acuan ini cenderung tertekan ke zona merah.
Dari dalam negeri, investor memanfaatkan peluang mencairkan cuan dengan melepas saham-saham potensial yang membukukan laba di triwulan III 2025.
Saham Grup Astra terpantau banyak dilepas investor, meskipun induk perusahaan, yakni PT Astra International Tbk (ASII) belum mengumumkan kinerja triwulan III 2025.
Aksi profit taking nampaknya dilancarkan investor, karena sejumlah entitas ASII menunjukkan pertumbuhan laba, sehingga induk perusahaan pun diyakini membukukan kinerja positif.
Sepanjang sesi I perdagangan, ASII terpantau turun sebesar 3,41% atau Rp225 menjadi Rp6.375 per saham. Begitu juga dengan saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) terkoreksi 1,61% atau Rp40 menjadi Rp2.450 per lembar. Sedangkan saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga turun sebesar 0,31% atau Rp25 menjadi Rp7.950 per lembar.
Tekanan terhadap IHSG juga datang dari saham 2 bank besar, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Saham BBCA terkoreksi 0,90% atau Rp75 menjadi Rp8.275 per saham, sedangkan BBRI terpangkas 1,30% atau Rp50 menjadi Rp3.810 per saham.
Pergerakan IHSG juga masih dipengaruhi sentimen luar negeri seiring rapat Federal Reserve (The Fed) yang digelar 28-29 Oktober 2025, dan rencara pertemuan Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, di sela-sela KTT APEC di Korea Selatan, yang berlangsung 30 Oktober 2025 sampai 1 November 2025.
Untuk perdagangan hari ini, IHSG diprediksi bergerak variatif dengan kecenderungan melemah di level support 8.000 hingga level resistance 8.150. (jea)


