BRIEF.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Kamis (19/6/2025) ditutup melemah 139 poin atau 1,96% ke posisi 6.968,6.
Adapun total volume saham yang diperdagangkan sebanyak 24,806 miliar lembar senilai Rp 13,930 triliun. Sedangkan kapitalisasi pasar tercatat Rp 12,223 triliun dengan frekuensi sebanyak 1.447.124 kali. Tercatat sebanyak 92 saham yang bergerak menguat. Sedangkan 571 saham melemah dan 139 saham lainnya stagnan.
Pelemahan terjadi akibat kekhawatiran mendalam investor terkait ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya konflik Israel–Iran yang semakin meningkat dan mendorong sentimen risk-off global.
Selain itu, keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang menahan tingkat suku bunga di level 4,25 – 4,50%. Kebijakan The Fed mendorong investor untuk mempertahankan sikap wait-and-see, yang berkontribusi menahan laju pasar global dan Asia.
Di dalam negeri, pelemahan nilai tukar Rupiah hingga ke kisaran Rp 16.340 – 16.400 per dolar AS, menjadi beban tersendiri pergerakan IHSG.
Ditambah lagi, Bank Indonesia (BI) yang memutuskan mempertahankan BI‑Rate di level 5,50%, meskipun stabil namun belum cukup menjadi pemicu penguatan signifikan IHSG.
Situasi belum kondusif ini, dilaporkan berdampak signifikan bagi sektor dan saham perbankan. Saham BBRI mencatat penurunan sekitar 3,05%, BMRI –3,25%, BBNI –4,42%, BBCA –1,40%. Bahkan, aliran dana keluar dari Indonesia di sektor ini menunjukkan tekanan risiko.
Saham-saham sektor dasar dan energi juga mengalami kemerosotan sekitar ~2,67%, terutama korporasi tambang/industri berat.
Sektor properti, industri, teknologi, konsumer, dan transportasi juga mengalami koreksi antara 0,5–3%, yang mencerminkan adanya penurunan broad-based. (nov)