BRIEF.ID – Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo mengoptimalkan penggunaan media mainstream dan media sosial selama masa kampanye Pilpres 2024. Ia menilai baik media mainstream maupun media sosial sangat efektif untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.
“Dua-duanya efektif,” ujar Ganjar Pranowo saat berdialog dengan jajaran Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Kamis (30/11/2023).
Ganjar menjelaskan, media mainstream sangat efektif untuk menyebarkan informasi akurat kepada publik, karena memiliki aturan jelas yang wajib dipatuhi komunitas media.
“Ketika kita ingin menjangkau beberapa kawasan dengan media yang kredibel, maka media mainstream menjadi penting. Tugas kita mengedukasi publik, karena teknologi maka ilmu berubah,” katanya.
Namun demikian, Ganjar juga punya cara tersendiri dalam menyampaikan informasi yang relatif ringan kepada publik melalui media sosial.
“Kalau kita ingin mendapatkan informasi yang ringan-ringan, bukan tidak kredibel, kita bisa mendapatkannya lewat media sosial,” jelas dia.
Ganjar yang sudah cukup lama aktif di media sosial mengatakan, media komunikasi yang dipilih dalam kampanye sangat perlu diperhatikan dalam menentukan target kampanye.
“Saya orang yang bermedsos cukup lama. Maka, saya relatif punya kelancaran komunikasi dengan mereka-mereka yang harus kita jangkau, tidak hanya sisi spasialnya atau areanya tapi juga intensitasnya. Itu saya set up sendiri dan dua media ini saya pakai,” ungkapnya.
Tantangan Disrupsi Media
Ganjar mengatakan, saat ini bisnis media mainstream memang tengah menghadapi disrupsi digital, dari konvensional ke digital.
Dalam menghadapi tantangan ini, perusahaan media mainstream tidak bisa berjalan sendiri. Untuk itu, pemerintah perlu mendukung upaya perusahaan media mainstream untuk bisa bertahan dan beradaptasi.
“Rasa-rasanya media perlu belajar. Maka perlu dukungan pemerintah agar media tetap bisa survive dalam proses berubah dari konvensional ke digital,” ujar Ganjar.
Ia pun mendukung agar perusahaan media terus mengembangkan kapasitas para jurnalis agar bisa beradaptasi dengan perubahan.
“Karena ada kompetitor yakni medsos maka hari ini rasa-rasanya kita butuh ilmu komunikasi kita berkembang. Agar media mainstream tetap bisa menjalankan bisnis medianya, tapi yang media sosial juga harus diajarkan,” paparnya.
Dengan demikian, para jurnalis dapat menerapkan metode pelaporan yang mengadaptasi citizen journalism serta tetap berpegang pada kode etik jurnalistik.
“Nah, yang ini belum. Karena ini belum, maka kelihatan ini seperti tantangan. Tapi tantangannya ini akan dapat dihadapi dalam perkembangan waktu beberapa waktu ke depan,” katanya.
Dalam menjaga kebebasan pers, Ganjar mengatakan perlu adanya edukasi publik terkait kebebasan berekspresi yang tetap memperhatikan aturan serta batas kewajiban asasi sebagai warga masyarakat.
Ia pun berpendapat pemerintah perlu menghormati kebebasan pers maupun kebebasan berekspresi warga negara. Tak kalah penting, pemerintah perlu mendukung secara nyata perusahaan media dalam menghadapi tantangan disrupsi digital.
“Bentuk dukungannya, pemerintahnya nggak boleh baperan kalau dikritik. karena itu bagian dari kebebasan pers. Kedua, insentif yang bisa diberikan ketika transisi ini terjadi. Ketiga, edukasi kepada publik bisa melalui Kominfo, ada Pemda, ada guru-guru untuk mengajarkan itu semua sehingga kita semakin dewasa dan makin matang dalam menghadapi disrupsi digital,” ungkap Ganjar.
No Comments