BRIEF.ID – Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo mengajak, generasi muda menjadi mitra sejajar untuk menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia.
Ganjar secara terbuka mengungkapkan, bahwa pasangan Ganjar-Mahfud tidak sepenuhnya menguasai setiap persoalan, termasuk masalah pendidikan sehingga membutuhkan peran generasi muda, aktivis, akademisi, praktisi, tokoh agama, dan budayawan untuk melengkapi.
Pernyataan itu, disampaikan Ganjar saat berdiskusi dengan aktivis dan mahasiswa di Yogyakarta, yang terekam dalam video pendek yang diunggah di akun Instagram pribadinya, @ganjar_pranowo, pada Kamis (1/2/2024).
Dalam video itu, Ganjar mendapat pertanyaan dari Kalis Mardiasih, penulis opini dan aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU) lulusan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kalis mempertanyakan, apakah dalam 5 tahun ke depan jika Ganjar-Mahfud terpilih menjadi presiden dan wakil presiden, akan diajarkan pendidikan hak kespro (kesehatan reproduksi) di sekolah-sekolah di Indonesia.
Menurut Kalis, hal itu sangat penting karena di beberapa daerah masalah reprodruksi bagi anak perempuan, yakni menstruasi, justru bisa menjadi penghambat untuk menempuh pendidikan tinggi.
Selain karena keterbatasan alat sanitasi seperti pembalut, menstruasi juga dianggap sebagai tanda anak perempuan telah dewasa dan siap menikah. Itu sebabnya di beberapa daerah anak perempuan yang sudah menstruasi kemudian dijodohkan dan menikah, sehingga terpaksa putus sekolah.
“Menstruasi menyumbangkan angka putus sekolah untuk anak perempuan itu di peringkat kedua setelah kemiskinan. Hanya karena menstruasi, yang anak laki-laki tidak mengalami, maka anak perempuan tidak bisa menempuh pendidikan tinggi seperti anak laki-laki,” kata Kalis.
Dia menjelaskan, pendidikan hak kespro perlu diterapkan di sekolah di Indonesia, agar pihak sekolah pun dapat memberikan perlindungan bagi siswa perempuan dari potensi kekerasan seksual.
“Faktanya, ada korban kekerasan seksual tidak diberikan haknya, tidak diberikan pemulihan, tidak diberi keadilan, tapi justru dikeluarkan dari sekolah atas nama kepala sekolahnya malu,” ujar Kalis.
Dia pun meminta Ganjar agar memperhatikan aspek lain dari pendidikan agar tidak terjadi seperti sekarang ini di mana pendidikan berkualitas hanya menyentuh aspek ekonomi.
“Saya kira kadang-kadang kalau kita bicara pendidikan, hanya sentuh aspek ekonomi. Apakah 5 tahun ke depan kita bisa punya pendidikan hak kespro (kesehatan reproduksi) di sekolah-sekolah di Indonesia?” tanya Kalis.
Menjawab pertanyaan itu, Ganjar spontan mengajukan lamaran agar Kalis menjadi bagian dari tim Ganjar-Mahfud, yang nantinya dapat menyalurkan pemikiran-pemikiran mengenai persoalan pendidikan.
“Mbak Kalis, saya melamar Anda menjadi tim saya. Kenapa? Saya ingin mengajak agar apa yang diperjuangkan bisa tersalurkan. Kalau Anda terlibat, maka ini akan berjalan dan akan dikerjakan,” ujar Ganjar.
Dia mengungkapkan, Ganjar-Mahfud selalu membuka ruang diskusi dengan berbagai kalangan saat berkampanye ke daerah-daerah, karena diyakini menjadi pintu masuk untuk menyelesaikan banyak persoalan.
“Tentu saya tidak mengetahui semua perkara, maka peran aktivis, peran akademisi, praktisi, tokoh agama dan peran budayawan lah yang akan melengkapi,” ungkap Ganjar.
Dia menyampaikan ajakan kepada seluruh generasi muda untuk terlibat aktif dalam mengatasi persoalan bangsa dan negara, khususnya pada isu-isu serius, seperti masalah pendidikan.
“Saya memohon sunguh-sungguh karena ini isunya serius, maka serius saya melamar anak-anak muda untuk terlibat, kalaupun Anda pasif, setidaknya Anda bisa jadi partner saya supaya kita sama-sama punya tanggung jawab mengatasi persoalan di bangsa dan negara ini,” tutur Ganjar.
Dia menambahkan, keterlibatan generasi muda, aktivis, akademisi, hingga budayawan sangat diperlukan untuk membangun Indonesia dan mengangkat martabat bangsa.
“Karena membangun Indonesia, mengangkat martabat Nusantara tidak bisa dilakukan satu orang atau satu golongan saja. Sehebat apapun dia,” kata Ganjar.
No Comments