Festival Film Laut Merah 2025 di Jeddah, Sutradara Perempuan Arab Dorong Perubahan

BRIEF.ID – Sejumlah  sutradara film perempuan Arab terus mendorong terjadinya perubahan  lanskap perfilman Arab,  dalam beberapa tahun terakhir. Karya-karya mereka  menghadirkan kisah yang belum pernah diceritakan sebelumnya dan mengklaim ruang pada industri di wilayah, yang jarang memberi ruang bagi perempuan untuk berkembang.

Empat sutradara perempuan berpengaruh ikut serta pada Festival Film Laut Merah Tahun 2025 di Jeddah, Arab Saudi untuk membuka jalan bagi narasi yang lebih beragam dalam perfilman Arab.

Festival yang mempertemukan 38 sutradara ini, menampilkan investasi besar Arab Saudi dalam film, game, dan olahraga sebagai bagian dari upaya transformasi yang lebih luas. Beberapa kelompok hak asasi manusia mengkritik tindakan ini, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut bertujuan untuk mengalihkan perhatian dari catatan hak asasi manusia kerajaan, termasuk tingkat eksekusi yang tinggi dan pembatasan kebebasan berekspresi.

Cherien Dabis

Sutradara film keturunan Palestina-Amerika, Cherien Dabis menayangkan perdana film barunya berjudul  “All That’s Left of You,” sebuah kisah multigenerasi yang menelusuri pengalaman satu keluarga dari Nakba tahun 1948, yang dalam bahasa Arab berarti bencana, yaitu pengusiran massal warga Palestina sebelum dan selama perang Arab-Israel, yang terjadi setelah berdirinya negara Israel, hingga tahun 2022. Film ini membahas tema-tema pengungsian Palestina dan kehilangan pribadi.

“Film ini menceritakan kisah satu keluarga selama tiga generasi dan bagaimana mereka bertahan hidup dari Nakba tahun 1948 dan pendudukan yang terus berlanjut,” kata Dabis dikutip dari apnews.com, Jumat (19/12/2025).

“Film ini memberikan konteks kepada orang-orang tentang bagaimana kita sampai pada kondisi kita saat ini dan menunjukkan betapa banyak penderitaan yang harus ditanggung warga Palestina selama beberapa dekade.”

Dabis, yang lahir dan dibesarkan di Amerika Serikat dari orang tua Palestina-Yordania, mengatakan bahwa hasrat dan inspirasinya untuk menjadi seorang pembuat film tumbuh dari kurangnya representasi otentik Arab dan Palestina di media Barat.

“Saya menyadari bahwa saya ingin terjun ke dunia penceritaan untuk menceritakan kisah-kisah otentik kami, karena saya tidak dapat menemukan representasi kami di mana pun,” katanya.

Ia mengatakan bahwa tumbuh besar di AS menawarkan peluang yang lebih baik untuk berkarier di bidang perfilman daripada di dunia Arab, tetapi rasisme yang dihadapi keluarganya memperkuat keinginannya untuk menantang stereotip yang berbahaya.

“Pengalaman saya di diaspora benar-benar mendorong saya untuk menjadi seorang pendongeng,” katanya.

Saat ini,  ia masih berjuang untuk dianggap serius, merasa tertekan untuk mengadopsi nada yang lebih berwibawa, bahkan maskulin, untuk melawan asumsi tentang sutradara perempuan.

“Ada citra pembuat film perempuan sebagai orang yang terlalu emosional atau tidak mampu mengendalikan lokasi syuting.  Banyak dari kami merasa harus mengatasi gagasan yang tidak adil ini,” kata dia.

Filmnya berjudul “All That’s Left of You,” memenangkan penghargaan Silver Yusr Feature Film, yang disertai hadiah US$ 30.000, di Festival Film Laut Merah.

Shahad Ameen

Pembuat film Saudi, Shahad Ameen, muncul sebagai salah satu suara yang menonjol di festival tahun ini. Film terbarunya, “Hijra,” memenangkan Penghargaan Juri Yusr, menandai tonggak penting lainnya dalam karirnya.

“Hijra” menceritakan kisah tiga wanita — seorang nenek dan dua cucunya — dalam perjalanan dari Taif ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Ketika salah satu cucunya tiba-tiba menghilang di padang pasir, film ini mengikuti pencariannya di seluruh Arab Saudi bagian selatan.

Ameen menelusuri kecintaannya pada pembuatan film sejak masa kecilnya, terinspirasi oleh drama televisi sejarah yang pernah mendominasi layar televisi Arab.

“Saya merasa bahwa sebagai orang Arab, kita perlu menyuarakan pendapat kita sendiri, bukan membiarkan orang lain berbicara atas nama kita,” katanya.

Ameen mengatakan perubahan yang terjadi di Arab Saudi dan pertumbuhan Festival Film Laut Merah telah secara langsung membentuk perjalanannya dalam pembuatan film.

“Sepuluh tahun yang lalu, kita tidak pernah membayangkan hal ini,” katanya seraya  menyebut festival tersebut sebagai titik balik bagi perfilman di kerajaan itu.

Ia mengatakan pembuatan film tetap merupakan jalan yang tidak pasti bagi perempuan Arab, menuntut ketekunan yang konstan tanpa jaminan kesuksesan. “Setiap film adalah awal yang baru,” katanya, mencatat bahwa sutradara harus berulang kali meyakinkan investor, festival, dan penonton tentang visi mereka.

Amira Diab

Ameeria Diab

Perjalanan Ameera Diab ke dunia perfilman tidaklah tradisional. Sebagai mantan profesional investasi keuangan yang berbasis di Manhattan, Amerika Serikat, ia menemukan panggilannya setelah menonton “Omar,” film nominasi Oscar karya sutradara Palestina Hany Abu-Assad — yang kemudian menjadi suaminya. Film itu  dan hubungan mereka, menariknya ke dunia perfilman.

Diab kemudian melanjutkan studi produksi film di Los Angeles, AS bekerja dengan Abu-Assad sebagai produser. Ia menyutradarai dua film pendek dan berkolaborasi dengan suaminya dalam sebuah serial. Salah satu momen terobosannya datang dengan film pendek “As a Husband,” bagian dari antologi Netflix “Love, Life, and What’s Between.”

Film tersebut sangat menyentuh hati penonton karena menangkap dualitas emosional kehidupan di wilayah Palestina. “Orang-orang mengatakan kepada saya bahwa mereka melihat banyak diri mereka sendiri di dalamnya. Begitulah kehidupan di Palestina — kegembiraan berubah menjadi duka, lalu kembali menjadi kegembiraan. Tetapi selalu ada secercah harapan,” katanya.

Film panjang karya Diab, “Wedding Rehearsal,” awalnya berlatar di wilayah Palestina, tetapi kemudian berkembang dan berlatar di Mesir—sebuah keputusan yang menurutnya memperluas jangkauan budaya cerita tersebut. “Mesir memiliki budaya yang begitu kaya dan beragam.”

Meskipun memiliki pengalaman di Hollywood, Diab tetap berkomitmen untuk menceritakan kisah-kisah Arab yang berpusat pada suara perempuan. “Tentu saja perempuan melihat dunia secara berbeda. Itulah mengapa suara kami penting,” jelasnya. “Tetapi itu tidak berarti laki-laki tidak dapat menulis tentang perempuan — itu hanya berarti bahwa detail emosional tertentu hanya perempuan yang dapat sepenuhnya menghadirkannya ke layar.”

Zain Duraie

Zain Duraie mengatakan kecintaannya pada pembuatan film dimulai saat berusia 10 tahun menonton “Titanic” bersama ayahnya di Amman, Yordania. Ia merasa terpikat bukan oleh kisah cinta, tetapi oleh bagaimana kapal itu tenggelam — bagaimana film itu dibuat. Percikan itu berubah menjadi gairah yang dipupuk oleh teater sekolah dan kemudian disempurnakan di Sekolah Film Toronto.

Di Festival Film Internasional Laut Merah, Zain menayangkan perdana film fitur pertamanya, “Sink,” tentang seorang ibu yang berjuang dengan putranya yang sakit jiwa, sebuah subjek yang sering diabaikan dalam sinema Arab.

Duraie memulai kariernya dari bawah, mengambil setiap peran yang bisa ia dapatkan, mulai dari asisten produksi, asisten sutradara, produser, sebelum menyutradarai film-filmnya sendiri. “Saya membawa peralatan berat mendaki gunung,” kenangnya. “Orang-orang berkata kepada saya, ‘Ini bukan pekerjaan perempuan,’” tetapi itu justru mendorongnya lebih jauh. “Saya bekerja di semua bidang perfilman. Saya ingin mempelajari semuanya.”

Duraie dikenal karena mengangkat isu-isu pribadi dan sosial yang mendalam, terutama seputar kesehatan mental dan pengalaman perempuan. “Saya suka bekerja di bidang psikologi drama, dan saya ingin menceritakan kisah tentang perempuan — tetapi juga mematahkan stereotip,” katanya. Ia mengatakan bahwa sinema Arab belum mencapai tahap inklusi gender. (nov)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

IHSG Diperkirakan Lanjutkan Pelemahan, Cermati Lima Saham Ini

BRIEF.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan...

Harrison Ford Dijadwalkan Menerima Lifetime Achievement Award SAG-AFTRA

BRIEF.ID – Aktor senior Harrison Ford dijadwalkan menerima  Lifetime...

Investor Optimistis Penurunan Suku Bunga The Fed Berlanjut, Tahun Depan

BRIEF.ID - Saham-saham di bursa Wall Street, Amerika Serikat...

Saham Teknologi Rebound, Indeks Wall Street Menguat

BRIEF.ID – Indeks di bursa saham Wall Street ditutup...