Jakarta – Mantan Menteri Keuangan RI Chatib Basri mengatakan kondisi ekonomi Indonesia tahun 2018 sangat berbeda dengan kondisi di tahun 2013. Menurutnya hal tersebut disebabkan oleh dua faktor.
“2018 itu berat sekali, karena tekanannya itu dua,” kata Basri, Jakarta, Selasa (22/1).
Ia menjelaskan dua faktor yang melanda ekonomi Indonesia di tahun 2018, yaitu Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga dan adanya perang dagang antara AS dan China. Sedangkan di tahun 2013, hanya di sebabkan oleh rencana naiknya suku bunga oleh AS.
” Pada tahun 2013 itu penyebabnya hanya satu karena AS mau kembali naikkan bunga. Kalau taruh uang di bank, dicari bank mana yang bunganya tinggi. Ini sama kalau AS naikkan bunga, orang pindah ke sana. Tapi 2018 itu kombinasi juga dengan perang dagang,” ujarnya.
Akan tetapi ia juga menambahkan kalau di tahun 2013, tantangan yang berat saat dihadapi oleh ekonomi Indonesia yaitu harga minyak yang mencapai USD 100. “2018 itu berat sekali, Ibu Sri Mulyani terlalu humble mengatakan situasi yang dihadapi. Padahal prestasinya cukup baik.”
“Seandainya fiskal agak terlambat dilakukan penyesuaian, itu rupiah kita bisa lebih dari Rp15.200. Jadi yang dilakukan pemerintah sampai defisitnya hanya 1,76 (%) itu luar biasa sekali. Pada waktu itu saya terpaksa naikkan harga BBM untuk jaga budget. Kemudian growth kita turun dari 6,1% ke 5,1%.”
No Comments