BRIEF.ID – Ekonom dan Profesor pada Universitas Columbia, Amerika Serikat (AS) Jeffrey Sachs mengungkapkan, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) berada pada posisi menguntungkan dalam perang dagang melawan Amerika Serikat (AS).
“Dalam perang dagang antara AS dan Tiongkok, Tiongkok menang. Tiongkok terlalu bergantung pada pasar AS,” kata Sachs saat berbicara pada Forum Diplomatik Antalya di Antalya, Turki, Jumat (11/4/2025).
Sachs seperti diberitakan Antara, berpendapat bahwa penghentian perdagangan antara kedua negara akan mengakibatkan kerugian bersama, dan ini bukan hasil yang menguntungkan kedua pihak.
Sebelumnya pada 2 April 2025, Presiden AS Donald Trump telah menandatangani perintah eksekutif, yang memperkenalkan tarif “timbal balik” pada impor dari negara lain.
Kebijakan Trump tersebut menetapkan tarif dasar ditetapkan sebesar 10%. Untuk sejumlah negara, tarif yang lebih tinggi diberlakukan, tergantung pada defisit perdagangan AS dengan negara tertentu tersebut.
Namun, pada tanggal 9 April 2025, Trump mengumumkan bahwa ia akan menurunkan tarif “balasan” menjadi hanya 10% untuk semua negara, kecuali Tiongkok selama 90 hari.
Langkah penundaan itu dilakukan, ujar Trump, karena lebih dari 75 negara telah meminta negosiasi dan abstain dari langkah-langkah balasan.
Sementara itu, Trump telah menaikkan tarif untuk barang-barang Tiongkok hingga sebesar 145% sejak dia menjabat presiden AS dalam masa periode keduanya. (Ant/nov)