BRIEF.ID – Arah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), di sepanjang pekan ini disebabkan perpaduan sejumlah faktor eksternal, teknikal, dan sentimen domestik.
Faktor yang disebut-sebut sebagai penyebab utama melemahnya IHSG adalah memanasnya konflik Iran-Israel. Ketegangan di kawasan Timur Tengah telah meningkatkan risiko global dan membuat investor cenderung menarik dana dari pasar di negara-negara berkembang, seperti Indonesia.
Konflik Iran–Israel juga telah memicu lonjakan harga minyak mentah sekitar 6% ke level US$ 72 per barel), sehingga berdampak negatif pada IHSG, yang ditutup di angka 7.166,06, pada perdagangan Jumat (13/6/2025).
Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed belum dovish. Sinyal bahwa suku bunga AS belum akan segera turun, berpotensi menekan nilai tukar Rupiah dan memicu arus keluar modal asing dari Indonesia. Ditambah lagi kenaikan harga minyak yang berpotensi inflasi global berpotensi naik sehingga memicu sentimen negatif di sektor manufaktur dan konsumsi.
Phintraco Sekuritas memprediksi akan terjadi koreksi teknikal, di mana IHSG berpotensi menguji support MA200 di kisaran 7.132–7.100. Fase technical bearish semakin jelas, death cross di Stochastic RSI dan slope negatif MACD mendukung kemungkinan lanjutan penurunan. Apalagi saat ini musim dividen telah berakhir, menambah tekanan pada indeks.
Bank Indonesia (BI) juga akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17–18 Juni 2025. Pasar memperkirakan BI rate akan dipertahankan di 5,50%. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed juga akan menggelar rapat FOMC, keputusan tingkat bunga AS bisa memengaruhi aliran modal global menuju saham Indonesia.
Trader harian disarankan untuk waspadai koreksi dan mempertimbangkan strategi buy-on-support atau wait & see hingga indikator teknikal menunjukkan pembalikan.
Investor jangka menengah diharapkan menetapkan prioritas pada sektor defensif seperti konsumer, keuangan, serta komoditas (emas dan energi) jika konflik Israel vs Iran berlanjut.
Kiwoom Sekuritas memproyeksikan IHSG akan bergerak moderat ke 7.500–7.700 pada Semester II-2025, tergantung perkembangan geopolitik, harga komoditas, dan arah kebijakan moneter global.
Skenario optimistis, dovish The Fed, meredanya konflik Israel – Iran berpotensi membawa IHSG ke level 7.609, sementara skenario negatif (EV konflik berkepanjangan) bisa menekan ke bawah 7.000.
Strategi menghadapi pelemahan, hold/take profit untuk saham-saham yang telah naik signifikan. Buy on weakness saham-saham sektor defensif: konsumer, telekomunikasi, dan energi.
Investor disarankan untuk memantau BI Rate dan FOMC, yang akan berlangsung pekan ini, sebab hasilnya akan menentukan arah modal asing.
Hindari saham gorengan yang spekulatif disaat IHSG sedang tertekan. (nov)