BRIEF.ID – Hasil riset terbaru Inventure, menunjukkan daya beli masyarakat kelas menengah anjlok 47%, akibat kenaikan harga barang dan pendapatan yang stagnan atau tidak berubah.
Hal itu, membuat kelas menengah cenderung memangkas pengeluaran, guna mengantisipasi ketidakpastian ekonomi yang telah memicu gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) danĀ peningkatan utang.
Managing Partner Inventure, Yuswohady, mengatakan pengeluaran yang dipangkas masyarakat kelas menengah terutama pada pos yang membutuhkan biaya besar.
“Di tengah gempuran PHK dan peningkatan utang, masyarakat kelas menengah terpaksa memotong anggaran terutama pada pos yang membutuhkan biaya besar, seperti renovasi rumah, skincare premium, dan biaya langganan yang bukan prioritas,” kata Yuswohady, dalam keterangan dikutip Senin (23/12/2024).
Berdasarkan riset Inventure 2024, pos pengeluaran yang paling besar dipangkas dan prioritas dipangkas adalah salah satunya produk skincare premium, sedangkan produk skincare affordable masih tetap dipertahankan.
“Pembelian produk skincare premium, seperti SK-II dan Laneige masuk dalam kategori pengeluaran yang dipangkas oleh masyarakat kelas menengah,” ujar Yuswohady.
Sedangkan biaya berlangganan yang dipangkas kelompok kelas menengah untuk mengurangi pengeluaran, antara lain gym, Spotify, Netflix, dan platform tv berlangganan lainnya.
Tak hanya itu, masyarakat kelas menengah juga memangkas pos pengeluaran yang tidak mendesak atau prioritas, seperti makan di luar, pendidikan non formal, hingga produk fesyen terbaru.
“Biaya pendidikan non formal yang dipangkas antara lain kelas Yoga, les atau kursus. Sedangkan pengeluaran untuk produk fesyen terbaru seperti pakaian, tas, dan sepatu juga dipangkas masyarakat kelas menengah,” tutur Yuswohady. (jea)