Jakarta, 30 Desember 2021–Optimalisasi penggunaan internet diproyeksikan akan menjadi salah faktor pendorong perekonomian pada 2022.
Hendri Saparini, Founder Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, berpendapat bahwa internet memiliki potensi yang sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Perlu ada dorongan kebijakan yang mengubah pola penggunaan internet, terlebih Indonesia merupakan pengguna e-commerce tertinggi di dunia,” ujarnya dalam diskusi Refleksi Ekonomi Akhir Tahun yang diselenggarakan CORE.
Kebijakan yang tepat, kata dia, dapat mengoptimalkan potensi tersebut. Pasalnya, di beberapa peningkatan penetrasi internet yang lumayan signifikan belum berdampak cukup besar terhadap peningkatan PDB per kapita.
Menurutnya, pemerintah juga dapat memanfaatkan fintech untuk meningkatkan pembayaran pajak dan transparansi sehingga dapat meminimalisir potensi korupsi. Layanan fintech yang berbasis penggunaan jaringan internet juga dapat digunakan untuk penyaluran bansos.
Hal itu sekaligus dapat menghimpun big data penerima bantuan sosial (bansos), sehingga dapat digunakan untuk analisa kebutuhan ekonomi-sosial lebih lanjut. Meskipun demikian, Hendri mengingatkan agar digitalisasi harus didorong lebih inklusif.
“Jangan sampai digitalisasi ekonomi mengakibatkan penurunan penyerapan tenaga,” ujarnya menekankan.
Dia pun menyebut, penetrasi internet harus diiringi dengan kemampuan produksi di dalam negeri yang tinggi. Karena disayangkan transaksi e-commerce masih didominasi oleh produk impor.
“Karena Indonesia belum siap dari sisi produksi. Distribusi produk-produk yang ada di e-commerce belum mengoptimalkan potensi produksi dalam negeri,” katanya.
Di sisi lain, CORE Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi hingga tutup tahun ini berada di kisaran 3,6%—4%. Adapun tahun depan akan meningkat di kisaran 4%—5% dengan asumsi bahwa penanganan pandemi lebih bagus serta tidak ada lonjakan kasus Covid-19.
CORE pun mengingatkan terdapat sejumlah kebijakan yang berpotensi menahan pertumbuhan ekonomi tahun depan, seperti pengetatan fiskal dan potensi inflasi akibat kenaikan beberapa komoditas.
Sementara normalisasi global meskipun akan direspon oleh Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga masih akan tetap akomodatif mendukung pemulihan ekonomi. Peningkatan kebijakan afirmatif pemerintah untuk membenahi competitiveness di berbagai sektor ekonomi domestik pun akan sangat dibutuhkan dalam beberapa tahun ke depan.
No Comments