BRIEF.ID – Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengatakan, transaksi perdagangan Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon mencapai Rp 77,91 miliar dengan volume transaksi sebanyak 1.598.703 ton CO2 ekuivalen, selama periode 26 September 2023 hingga 17 April 2025. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan bursa- bursa karbon di negara lain.
Transaksi bursa karbon di Indonesia merupakan bagian dari upaya pemerintah mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon. Bursa ini secara resmi diluncurkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dioperasikan BEI mulai 26 September 2023.
Ia mengatakan, capaian transaksi perdagangan IDXCarbon dua kali lipat dibandingkan bursa karbon di Jepang, Thailand, dan Vietnam.
“Kalau kita bandingkan dengan bursa karbon di Jepang, transaksi kita dua kali lipat dibandingkan dengan bursa Jepang. Serta negara-negara lain yang baru saja merancang bursa karbonnya, seperti Thailand dan Vietnam,” ujar Iman di Main Hall BEI, Jakarta, Selasa (22/4/2025).
Menurutnya, IDXCarbon memiliki ketertarikan, yang mana telah mendapatkan permintaan (demand) dari pemilik-pemilik proyek di luar negeri yang ingin mendaftarkan dalam memperdagangkan karbon kreditnya di Indonesia.
“Fokus kami saat ini adalah membuka perdagangan unit karbon Indonesia kepada audiens internasional selebar-lebarnya,” ujarnya.
Ia mengatakan, hingga 17 April 2025, jumlah pengguna jasa IDXCarbon telah meningkat 587% menjadi 111 pengguna jasa dibandingkan saat peluncuran sebanyak 16 partisipan. Saat ini, terdapat tujuh proyek pengurangan emisi berbasis teknologi yang diperjualbelikan, dengan jumlah available to be traded sebanyak 2.203.119 ton CO2 ekuivalen.
Pada 20 Januari 2025, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH/BPLH), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan BEI telah meresmikan Perdagangan Internasional Perdana Unit Karbon Indonesia melalui IDXCarbon. (nov)