BRIEF.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, bulan April merupakan periode peralihan musim, yaitu dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia.
Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es.
“Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari. Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan,” kata Andri melalui keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu (28/4/2024).
Ia mengatakan, karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat.
Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Dalam dua hingga tiga hari kedepan, potensi labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di hampir sebagian besar wilayah Indonesia.
Andri mengimbau masyarakat agar tetap tenang meski perlu tetap waspada terhadap potensi bencana terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi, mengenali potensi bencana di lingkungan masing-masing khususnya di daerah rawan bencana, serta dengan langkah-langkah sederhana salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan, gotong-royong menjaga kebersihan dan menata lingkungan sekitarnya.
No Comments