BRIEF.ID – Bank Indonesia (BI) memperkirakan tekanan inflasi mencapai puncak pada Maret 2025, seiring datangnya Ramadan atau bulan puasa, dan akan melandai pada April 2025 seusai Idul Fitri 1446 hijriah.
Hal itu, disampaikan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam Laporan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (LSPE BI) pada Rabu (12/3/2025).
Menurut dia, kenaikan inflasi pada Maret 2025 tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) di level 179 poin, sementara IEH pada April 2025 melandai ke posisi 159,6 poin.
“Penurunan tekanan inflasi pada April 2025 sejalan normalisasi harga pasca Ramadan dan Idul Fitri,” kata Denny, dalam siaran tertulis tentang LSPE BI, di Jakarta, hari ini.
Dia menyampaikan, jika dibandingkan dengan data tahun lau, realisasi inflasi kerap lebih tinggi dari ekspektasi harga.
Dari data yang terlihat, lanjutnya, realisasi inflasi saat Ramadan dan Idul Fitri pada April 2024 lebih tinggi dari perkiraan IEH di kisaran 170 poin. Hal yang sama terjadi pada masa Lebaran tahun 2023.
Denny mengatakan, untuk laju inflasi pada Juli 2025 diperkirakan meningkat dari Juni 2025. Ini terefleksi dari IEH Juli 2025 sebesar 155,4 poin, lebih tinggi dari IEH Juni 2025 sebesar 152,3 poin.
Dalam LSPE BI, diperkirakan penjualan eceran tetap tumbuh pada Februari 2025. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Februari 2025 yang diprediksi mencapai 213,2.
Angka tersebut secara bulanan tumbuh sebesar 0,8% secara bulanan atau month-to-month (mtm), dan secara tahunan atau year-on-year (yoy) mengalami kontraksi sebesar 0,5%.
Kinerja penjualan eceran yang tumbuh sebesar 0,8% (mtm) ditopang oleh Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, Subkelompok Sandang, dan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang penjualannya meningkat menjelang Ramadan dan persiapan Idul Fitri.
Sedangkan kontraksi IPR secara tahunan sebesar 0,5% dipengaruhi penurunan Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, di tengah peningkatan Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, Subkelompok Sandang, dan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Sementara pada Januari 2025, IPR tercatat sebesar 211,5 atau secara bulanan mengalami kontraksi sebesar 4,7 persen (mtm) setelah tumbuh 5,9 persen (mtm) pada periode sebelumnya.
Denny menuturkan, perkembangan ini sejalan dengan normalisasi permintaan masyarakat pasca-perayaan Natal 2024 dan tahun Baru 2025, yang menyebabkan kontraksi penjualan mayoritas kelompok, kecuali Suku Cadang dan Aksesori. (jea)