BRIEF.ID – Memilih “safe haven” terbaik di tengah ketidakpastian pasar, yang terutama dipicu dampak perang dagang, sangat bergantung pada konteks ekonomi, tujuan investasi, dan toleransi risiko.
Saat ini, ada beberapa aset safe haven (tempat berlindung yang aman) seperti emas, mata uang Yen Jepang, dolar Amerika Serikat (AS), dan Obligasi Pemerintah AS.
Berikut beberapa analisa mengenai aset safe haven di tengah kondisi ekonomi saat ini:
1. Emas (Gold)
Kelebihan :
– Emas dianggap sebagai safe haven klasik karena nilainya cenderung stabil atau naik saat ketidakpastian ekonomi meningkat, seperti saat ini dengan jeda waktu pemberlakuan tarif impor oleh AS dan potensi inflasi.
– Tidak berkorelasi erat dengan pasar saham, sehingga memberikan diversifikasi.
– Tarif yang meningkatkan inflasi dapat mendorong harga emas, karena emas sering dilihat sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
Kekurangan :
– Tidak menghasilkan pendapatan karena emas tidak mampunyai yield (seperti dividen atau bunga), sehingga kurang menarik untuk investor yang mementingkan aliran kas.
– Harga emas bisa volatile dalam jangka pendek, terutama jika ekspektasi suku bunga berubah.
Dengan kondisi saat ini, seiring risiko inflasi 245% akibat pemberlakuan tarif impor dari China, emas bisa menjadi pilihan investasi menarik dan menguntungkan.
Meski demikian, jika Bank Sentral AS atau Federal Reserve menaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasi, maka harga emas mungkin akan tertekan.
2. Yen Jepang (JPY)
Kelebihan :
– Yen sering menjadi safe haven karena status Jepang sebagai kreditur global dan suku bunga rendah yang stabil, menjadikannya pilihan untuk carry trade.
– Cenderung menguat saat pasar global bergejolak, seperti saat ini dengan penurunan saham teknologi dan small-cap.
Kekurangan :
– Nilai yen sangat dipengaruhi oleh kebijakan Bank of Japan (BoJ). Jika BoJ mempertahankan kebijakan moneter longgar, penguatan yen bisa terbatas.
– Ketergantungan Jepang pada ekspor membuat yen rentan terhadap perang dagang, terutama dengan tarif baru.
Dengan kondisi saat ini, di mana ketidakpastian tarif impor dapat mendukung penguatan yen sebagai safe haven.
Meski demikian, dampak tarif pada rantai pasok global bisa melemahkan daya tarik yen.
3. Dolar AS (US$)
Kelebihan:
– USD adalah mata uang cadangan dunia, memberikan stabilitas relatif selama krisis.Dalam konteks tarif, USD bisa menguat karena kebijakan proteksionis cenderung meningkatkan permintaan dolar (misalnya, untuk membayar barang impor yang lebih mahal).
– Suku bunga AS yang relatif tinggi dibandingkan negara lain dapat menarik aliran modal.
Kekurangan:
– Jika inflasi mellonjak akibat tarif, Federal Reserve mungkin menaikkan suku bunga lebih agresif, yang bisa memicu resesi dan melemahkan USD dalam jangka panjang.
– USD kurang efektif sebagai safe haven jika krisis berasal dari AS sendiri (misalnya, kebijakan tarif yang kontroversial).
Dengan kondisi saat ini, dolar AS kemungkinan mendapat dukungan jangka pendek karena perang tarif dan volatilitas global.
Meski demikian, risiko inflasi dan ketidakpastian kebijakan bisa membatasi kenaikannya.
4. US Treasury (Obligasi AS)
Kelebihan:
– Obligasi pemerintah AS (Treasury bonds) dianggap sangat aman karena dijamin oleh pemerintah AS.
– Memberikan pendapatan tetap melalui kupon, cocok untuk investor konservatif.Dalam periode ketidakpastian, permintaan obligasi cenderung naik, menurunkan yield dan meningkatkan harga obligasi.
Kekurangan:
– Jika inflasi meningkat akibat tarif, harga obligasi bisa turun karena yield naik (hubungan terbalik antara harga dan yield).
– Obligasi dengan durasi panjang lebih rentan terhadap perubahan suku bunga.
Dengan kondisi saat ini, obligasi jangka pendek (misalnya, Treasury 2 tahun) bisa lebih aman dibandingkan jangka panjang, karena lebih tahan terhadap kenaikan suku bunga.
Meski demikian, risiko inflasi dari tarif membuat obligasi kurang menarik dibandingkan emas dalam skenario ini.
Lalu manakah aset safe haven yang terbaik?
– Jika prioritas Anda adalah lindung nilai inflasi, maka emas adalah pilihan terbaik karena cenderung naik saat inflasi meningkat, yang mungkin terjadi akibat tarif kumulatif 245% pada impor barang dari China.
– Jika Prioritas Anda adalah stabilitas dan likuiditas, maka dolar AS atau obligasi pemerintah AS (US Treasury) lebih cocok, terutama obligasi jangka pendek untuk meminimalkan risiko suku bunga.
– Jika fokus Anda pada volatilitas global, maka Yen Jeoang bisa menjadi pilihan, tetapi dampak tarif pada ekonomi Jepang perlu diwaspadai.Faktor
Adapun toleransi risiko: emas dan yen lebih spekulatif, sedangkan dolar AS dan US Treasury lebih stabil.
Sementara dari sisi jangka waktu, investasi emas cocok untuk jangka panjang, obligasi untuk jangka pendek-menengah.
Terkait perang tarif impor, maka emas dan dolar AS lebih diuntungkan dalam skenario inflasi dan proteksionisme.
Berdasarkan situasi saat ini, yang dilengaruhi ketidakpastian tarif, risiko inflasi, dan volatilitas saham, maka emas kemungkinan merupakan safe haven terbaik karena kemampuannya melindungi nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian.
Untuk diversifikasi, maka kombinasi emas dan obligasi pemerintah AS jangka pendek bisa menjadi strategi yang seimbang. (jea)