BRIEF.ID – Penerbitan Sustainability Sukuk atau Sukuk Mudharabah Keberlanjutan oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memperoleh momentum yang baik seiring terus meningkatnya kesadaran (awareness) pasar terkait instrumen investasi yang berkelanjutan.
Investment Consultant PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk. Reza Priyambada menjelaskan bahwa pelabelan “green” pada instrumen bonds dan sukuk karena dana dari penerbitannya akan digunakan untuk proyek maupun ekspansi yang ramah lingkungan. Tidak hanya itu, dana dari green sukuk juga digunakan untuk mendukung keberlangsungan (sustainability) perusahaan ke depannya selaku penerbit surat utang.
Saat ini bisa menjadi momentum yang tepat bagi lembaga jasa keuangan, seperti perbankan, untuk menerbitkan green bonds karena aspek sustainability menjadi faktor kunci dalam perkembangan bisnis. Selain itu, pelaku pasar pun kini sangat memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan atau Environmental, Social, and Governance (ESG).
“Pelaku pasar juga semakin aware dengan adanya sustainability perusahaan karena dianggap dapat menjaga kelangsungan investasinya secara jangka panjang,” ujar Reza, belum lama ini.
Dia menilai bahwa antusiasme pasar terhadap instrumen investasi berkelanjutan dapat menjadi lebih optimal dengan dukungan dari pemerintah dan pemangku kebijakan terkait.
“Dukungan pemerintah maupun otoritas diharapkan dapat memberikan semangat kepada para perusahaan untuk dapat menjaga kelangsungan perusahaan ke depan yang lebih baik melalui penerbitan instrumen ini,” ujarnya.
Reza memaparkan bahwa penerbitan green bonds maupun green sukuk akan mengacu pada kebutuhan masing-masing perusahaan. Namun, instrumen itu akan lebih banyak diterbitkan seiring dengan preferensi pasar.
Adapun, para investor akan mencermati berapa kupon yang ditawarkan dan rating dari instrumen tersebut. Kupon yang menarik juga penggunaan dana untuk proyek-proyek berkelanjutan akan menjadi pilihan menarik bagi investor.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai bahwa pendanaan hijau seperti melalui green sukuk masih cukup menarik bagi investor institusional. Penyebabnya, terdapat persepsi risiko kredit yang jauh lebih rendah terhadap green bonds atau green sukuk dibandingkan obligasi konvensional.
Lalu, penerbitan serta pembelian green bonds dan green sukuk juga dapat menambah nilai bagi perusahaan penerbit dan investor sebagai bentuk komitmen untuk menjalankan aktivitas ekonomi yang berwawasan lingkungan.
“Dengan risiko lingkungan yang bisa dimitigasi maka perusahaan penerbit green bond mendapat persepsi yang lebih baik dibanding peers,” ujar Bhima.
Inovasi BSI
Apa yang diungkapkan Reza dan Bhima sejalan dengan langkah strategis yang ditempuh PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI. Pada Rabu (15/5/2024) lalu, bank syariah terbesar di Tanah Air itu menerbitkan instrumen ESG sukuk pertama di Indonesia berupa Sustainability Sukuk BSI atau Sukuk Mudharabah Keberlanjutan. Dengan langkah strategis ini, BSI siap mendorong transisi menuju green economy melalui implementasi instrumen keuangan syariah yang fokus terhadap penerapan prinsip ESG.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan pada tahap pertama, perseroan telah mendapatkan ijin dari OJK melalui POJK No. 18 Tahun 2023 untuk menerbitkan sukuk sebanyak-banyaknya sebesar Rp3 triliun. Sustainability Sukuk dalam mata uang Rupiah ini ditawarkan dalam Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) dan diharapkan dapat memberikan kisaran imbal hasil 6,40% – 7,20% untuk jangka waktu 1, 2 dan 3 tahun.
‘’Kehadiran Sukuk Sustainability ini merupakan inovasi yang dapat memperkaya instrumen keuangan syariah di Indonesia,’’ tutur Hery Gunardi.
Terlebih inovasi ini terkategori instrumen yang mengedepankan keberlanjutan ekonomi sekaligus kontribusi BSI pada upaya mitigasi perubahan iklim dan mewujudkan pembangunan ekonomi hijau, serta senantiasa memberikan manfaat kepada umat.
BSI melihat pasar obligasi hijau global dalam beberapa tahun terakhir berkembang pesat dan membaca peluang untuk turut mengembangkan instrumen baru tersebut untuk membiayai proyek-proyek keberlanjutan melalui penerbitan Sukuk Sustainability. Di dalamnya BSI juga akan mengatur pengelolaan dan penggunaan dana, evaluasi dan seleksi proyek serta pengelolaan hasil dan mekanisme pelaporannya.
Hery menjelaskan, Sukuk Sustainability menggabungkan kegiatan usaha ramah lingkungan dan berwawasan sosial sehingga mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, sekaligus dapat mendorong pencapaian target kontribusi pembiayaan berkelanjutan yang ditentukan secara nasional.
Sukuk ESG diharapkan dapat diserap investor institusi dan ritel termasuk kalangan muda termasuk Gen-Z. ‘’Instrumen ini dapat dimiliki mulai dari Rp5 juta per unit sehingga terjangkau oleh kaum muda yang baru belajar investasi,’’ tutup Hery.
Per posisi Maret 2024, portofolio pembiayaan berkelanjutan di BSI mencapai Rp59,19 triliun yang terbagi atas kategori KUBL sebesar Rp12,57 triliun dan KUBS sebesar Rp46,62 triliun.
No Comments