Jakarta – Setelah konflik selama 18 bulan, Amerika Serikat dan China akhirnya ‘rujuk’ dengan menandatangani perjanjian awal untuk menyelesaikan perselisihan dagang di antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
Perjanjian kesepakatan dagang Tahap 1 ini ditanda tangani Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bersama Wakil Perdana Menteri China Liu He di Gedung Putih, Rabu (15/1/2020) waktu setempat.
“Ini adalah perjanjian terbesar yang pernah kita saksikan,” ujar Trump, seperti dilansir dari voaindonesia.com. Trump memperkirakan perjanjian itu akan mengarah pada ‘perdamaian yang stabil di seluruh dunia.’
Presiden China Xi Jingping dalam surat resmi yang dibacakan Wakil Perdana Menteri China Liu He mengatakan “dalam langkah selanjutnya kedua pihak perlu mewujudkan perjanjian ini dengan sungguh-sungguh.”
Sementara itu, Liu, dalam pernyataannya sendiri, mengatakan bahwa ada kemunduran dalam prosesnya, tetapi tim perunding kedua negara tidak kenal menyerah.
AS dan China menyetujui perjanjian Tahap 1 pada pertengahan Desember lalu. Perjanjian ini menyerukan kepada China untuk mendorong pembelian barang-barang AS, menghentikan praktik memaksa perusahaan asing untuk alih teknologi mereka dan tidak memanipulasi mata uangnya untuk membuat ekspornya lebih murah.
“Kami memiliki standar yang sangat kuat untuk devaluasi mata uang,” tegas Trump. Perundingan Tahap 2 akan segera dimulai dan Trump menyebutkan tidak akan ada Tahap 3.
Trump menegaskan China akan mengimpor produk dan jasa tambahan dari AS bernilai US$200 miliar untuk dua tahun ke depan, dan sekitar US$50 miliar di antaranya pada sektor pertanian.
Sedangkan Xi, dalam suratnya menyebut angka untuk sektor pertanian sebesar US$40 miliar. Sesuai teks perjanjian itu, China berkomitmen membeli produk-produk pertanian AS pada tahun pertama sebesar lebih dari US$12,5 miliar, dan US$19,5 miliar pada tahun kedua.
Dalam suratnya kepada Trump, Xi menyerukan kepada AS untuk memperlakukan perusahaan-perusahaan China secara adil.
Trump merespon dengan pernyataan bahwa pihaknya akan menghapus semua tarif atas impor barang-barang China, setelah kedua negara merampungkan perjanjian perdagangan Tahap 2.