BRIEF.ID – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, diperlukan intervensi kebijakan untuk menekan permintaan energi bahan bakar fosil di negara-negara ASEAN. Tahun 2023, diperkirakan permintaan energi bahan bakar fosil sebesar 15%.
Berdasarkan laporan Pusat Energi ASEAN, bahan bakar fosil diproyeksikan akan terus mendominasi sektor energi, di mana minyak masih berkontribusi terbesar yaitu 45,8%.
“Pada Pertemuan Menteri Energi ASEAN bulan lalu, kami berbagi visi tentang bagaimana sektor energi harus ditingkatkan di masa depan dengan percepatan transisi energi dan pencapaian ketahanan energi berkelanjutan melalui interkonektivitas di kawasan kami,” kata Arifin saat berpidato pada pembukaan Konferensi Energi Internasional 2023 yang diselenggarakan Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) di Hotel JS Luwansa Jakarta, pada Jumat (15/9/2023).
Hadir pada kesempatan itu, Pendiri PYC sekaligus mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Ketua Umum PYC Filda Citra Yusgiantoro, Ibu Lis Yusgiantoro, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, dan para peserta konferensi baik dari dalam maupun luar negeri.
Arifin mengatakan, platform ASEAN Power Grid dan Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) akan meningkatkan pemanfaatan sumber energi bersih dan terbarukan di seluruh kawasan.
Disebutkan, negara-negara anggota ASEAN diberkahi sumber daya energi yang beragam dan berlimpah, khususnya sumber daya energi terbarukan yang mencapai 17.000 GW, di mana sebagian besar berasal dari tenaga surya 15.602 GW dan angin 1.255 GW.
Sedangkan cadangan gas sekitar 130 TCF, terutama berasal dari Indonesia 44 TCF, Malaysia 32 TCF, dan Vietnam 22,8 TCF.
“ASEAN dengan sumber daya energi bersih dan terbarukan yang sangat besar telah melakukan upaya terbaiknya dalam menerapkan transisi energi untuk mencapai Net Zero Emission pada pertengahan abad ini,” jelas Arifin.
Di Indonesia, lanjutnya, pemerintah telah mengembangkan peta jalan transisi energi untuk mencapai Emisi Nol Bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat. Berdasarkan peta jalan ini, pemerintah bertekad untuk mengembangkan 700 GW energi terbarukan dalam bauran energi, yang berasal dari tenaga surya, air, laut, panas bumi, dan nuklir.
“Indonesia juga berencana membangun Super Grid untuk meningkatkan pengembangan energi terbarukan, sekaligus menjaga stabilitas dan keamanan sistem kelistrikan. Hal ini akan membuka peluang untuk terhubung dengan ASEAN Power Grid.
Dari sisi permintaan, kami akan menerapkan beberapa strategi misalnya, elektrifikasi di industri; penetrasi kendaraan listrik; pemanfaatan hidrogen; pengembangan jaringan gas kota; dan efisiensi energi,” jelas Arifin.
No Comments