Alarm Deflasi Kembali Berbunyi, Fenomena Wajar

BRIEF.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada Mei 2025, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,37% secara bulanan (month-to-month), dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) turun dari 108,47 di bulan April menjadi 108,07 pada Mei 2025. Ini merupakan deflasi ketiga pada tahun 2025, setelah sebelumnya terjadi pada Januari (-0,76%) dan Februari (-0,48%).

Deflasi  terutama disebabkan  penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang mengalami deflasi sebesar 1,04% dan memberikan andil sebesar 0,41% terhadap deflasi umum. Komoditas yang berkontribusi signifikan meliputi cabai merah dan cabai rawit, yang masing-masing menyumbang deflasi sebesar 0,12%. Kemudian, bawang merah 0,09%, ikan segar 0,05%, bawang putih 0,04%, dan daging ayam ras 0,01%.

Penurunan harga ini mencerminkan normalisasi pasca-Lebaran, di mana permintaan terhadap komoditas pangan biasanya menurun setelah meningkat selama bulan Ramadan dan Idul Fitri.

Sejumlah ekonom menilai deflasi sebesar 0,37% yang terjadi pada Mei 2025 sebagai fenomena musiman yang wajar, namun tetap perlu diwaspadai agar tidak berkembang menjadi tren yang lebih dalam.

Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira, deflasi ini menjadi alarm bahaya bagi ekonomi Indonesia, yang pada Kuartal II-2025 diproyeksi akan tumbuh di bawah 5%.

“Ini sudah lampu kuning, ada gejala pertumbuhan ekonomi melambat di Kuartal II-2025,” kata Bhima di Jakarta, Senin (2/6/2025).

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, menjelaskan bahwa deflasi ini terutama disebabkan oleh normalisasi harga pangan pasca-Idul Fitri. Komoditas seperti cabai merah dan cabai rawit mengalami penurunan harga signifikan, yang berkontribusi besar terhadap deflasi.

Selain itu,  konsensus pasar memperkirakan deflasi sebesar 0,14% secara bulanan  untuk Mei 2025, dengan inflasi tahunan diperkirakan menurun menjadi 1,87% dari 1,95% pada April 2025.

Meskipun deflasi ini bersifat musiman, para ekonom mengingatkan bahwa tren deflasi yang berulang dapat menandakan pelemahan permintaan domestik. Jika masyarakat menunda konsumsi karena ekspektasi harga akan terus turun, hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Deflasi Mei 2025 mencerminkan penyesuaian harga pasca-perayaan besar seperti Idul Fitri. Namun, penting bagi pemerintah dan pelaku ekonomi untuk memantau perkembangan ini secara cermat guna mencegah potensi dampak negatif jangka panjang terhadap perekonomian nasional. (nov)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Danantara Targetkan Investasi US$ 5 Miliar di 8 Sektor

BRIEF.ID - Badan Pengelola Investasi (BPI)  Danantara Indonesia  menargetkan...

Danantara – Himbara Perkuat Sinergi Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

BRIEF.ID - Badan Pengelola Investasi (BPI)  Danantara Indonesia dan...

BI: Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut

BRIEF.ID - Bank Indonesia (BI) melaporkan surplus neraca perdagangan...

IHSG Terhempas dari Level 7.000, Saham BUMN Jadi Penopang

BRIEF.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa...