BRIEF.ID – Perwakilan Youth World Water Forum yang juga berprofesi sebagai pengajar di Universitas Gadjah Mada (UGM), Neil Adhika mengungkapkan tekad generasi muda menghadirkan solusi bagi persoalan air global.
Neil mengungkapkan, ketersediaan akses informasi dan data akurat menjadi kunci untuk menganalisa, menyusun rekomendasi perencanaan, dan pengelolaan sumber daya air bagi seluruh pemangku kepentingan.
“Tujuannya agar kami bisa memberikan rekomendasi untuk perencanaan dan pengelolaan sumber daya air kepada seluruh pemangku kepentingan, khususnya instansi pemerintah dan lembaga internasional, sehingga suara kami dapat didengar dan kami dapat bekerja bersama,” kata Neil dalam diskusi “The Bandung Spirit Water Summit” pada World Water Forum ke-10 di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, pada Rabu (22/5/2024).
Ia mengatakan, para mahasiswa dapat menghadirkan lebih banyak inovasi yang lebih inovatif dan solusi kreatif ntuk semua masalah air dan isu terkait lainnya.
Selain itu, kata Neil yang mewakili sekitar 27 kelompok kerja dari 45 negara di Youth World Water Forum, pentingnya menanamkan perspektif pengelolaan sumber daya air yang bijak sejak kecil. Tujuannya, agar dampak permasalahan air bisa disadari sejak dini sehingga terbangun kesadaran.
Senada dengan Neil, perwakilan dari U-INSPIRE, Hilman Arioaji, menyatakan, generasi muda Indonesia sangat ingin berkontribusi dalam inovasi di bidang pengelolaan air dan pengurangan risiko bencana. Namun, anak muda menghadapi hambatan besar dalam mengakses data berkualitas yang membatasi kemampuan mereka untuk berinovasi dan menerapkan solusi berbasis lokal.
Menurut Hilman, kontribusi generasi muda sangat penting terutama dalam mengatasi masalah air, pencegahan bencana, dan perubahan iklim. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menjamin akses informasi bagi semua orang di semua tingkatan, termasuk anak muda, melalui sistem informasi air global.
Selain Neil dan Hilman, tokoh pemuda lain yang menjadi pembicara pada forum diskusi “The Bandung Spirit Water Summit” di antaranya Moina Al Hajji dari Aleppo, Suriah. Dia menyuarakan bagaimana negara yang hancur akibat perang bisa membangun kembali semua infrastruktur, termasuk infrastruktur air.
Pembicara lainnya, Lamis Qdemat dari Palestina, menyerukan agar air tidak digunakan sebagai senjata, seperti yang terjadi di Palestina. Dia menegaskan bahwa air seharusnya tidak boleh dijadikan senjata dalam peperangan, tetapi harus dijadikan sarana untuk meningkatkan kerja sama, kolaborasi, dan solidaritas.
No Comments