BRIEF.ID – Tekanan jual pemodal asing di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Kamis (24/4/2025) terus berlanjut di tengah hiruk pikuk perang dagang Amerika Serikat (AS) vs Dunia, khususnya Tiongkok.
President of The United States (Potus) Donald Trump beberapa kali mengatakan sedang bernegosiasi tarif dengan Tiongkok. Ironisnya, pernyataan Presiden Trump terang-terangan dibantah juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok.
Sampai detik ini, saya belum melihat ada perubahan substansial yang secara resmi ditandatangani Presiden Trump melalui Executive Order bahwa tarif untuk barang asal Tiongkok dan negara-negara lain, termasuk Indonesia sudah diturunkan.
Pada perdagangan Kamis (24/4/2025) malam, tiga indeks Utama Wall Street naik lumayan tajam, setelah didorong beberapa pernyataan dari petinggi Bank Sentral AS, terkait kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga, paling cepat pada Juni 2025. Itu bakal direalisasi apabila data ekonomi makro AS menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan.
Di sisi lain, pasar Asia juga cenderung mencermati keadaan siaga perang antara Pakistan dan India setelah sejumlah turis India tewas di Kashmir akibat serangan teroris.
Dari pasar saham dalam negeri, pemodal asing kembali melakukan aksi jual bersih senilai Rp 614,6 miliar. Sejak awal tahun aksi jual asing sudah mencapai nilai hamper Rp 51 triliun, atau di atas porsi dana investasi standar MSCI untuk Indonesia, selain Jepang dan Asia Pasifik.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga naik 12,4% dari nilai terendahnya di level 5.882 pada 9 April 2025, namun masih turun 16,3% dari level tertingginya pada 7.910 (intraday). Secara teori investasi, IHSG saat ini sudah menapaki level bear market pada 6.328, namun masih dalam fase koreksi karena masih turun lebih 15% dari nilai tertingginya. Jika berhasil melewati angka 6.723, maka IHSG sudah bisa dianggap aman untuk melaju kelevel mendekati 7.000.
Fundamental IHSG
TPL VERSION: 2025 earnings per index (E): 511; PER NOW: 12.94X vs average high PER of 15.2X.
IHSG TARGET ON HIGH AVERAGE PER: 15.2 X 511 = 7767 VS IHSG RECORD HIGH OF 7910 IN FEBRUARY.
IHSG ON LOW AVERAGE PER: 10.8 X 511 = 5518
MID RATE: 13 X 511 = 6643 (hampir tercapai; hati-hati)
Rupiah, pada Jumat (25/4/2025) pagi diperdagangkan menguat pada Rp 16.793 per dolar AS VS RECORD LOW Rp 16.880. Dengan cadangan devisa sebesar US$ 157,1 miliar, rupiah tampaknya mampu bertahan di bawah Rp 17.000 per dolar AS.
Harga batubara untuk pengiriman Mei 2025 naik 0,25 dolar AS ke level 94,75 per metrik ton.
AT 0730 AM: DOWFUT UP 13 PTS, S&PFUT UP 21 PTS, NASDAQFUT UP 108 PTS.
IHSG: SUPPORT: 6.561-6.578. RESISTANCE: 6.661-6.678
SAHAM PILIHAN:
UNVR: 1400-1525. Laba bersih UNVR pada Kuartal I – 2025 turun 14,5% didorong oleh penurunan penjualan yang turun ke Rp 9,46 triliun dari Rp 10,08 triliun di periode yang sama tahun lalu, yang diperkirakan karena melemahnya daya beli.
Jika diakumulasi untuk periode setahun, dengan catatan laba bersih akan tetap per kuartalnya, maka laba bersih UNVR diperkirakan akan menyentuh angka Rp 5 triliun atau naik 48% dari Rp 3,37 triliun pada 2024.
Saat ini, saham UNVR diperdagangkan pada rasio P/E hanya 11,5X EPS 2025 vs rata-rata 5 tahun rasio P/E pada 25X. TP: 1800. BOW H
BBCA: 8.300-8.700. Laba bersih BBCA pada Kuartal I – 2025 naik 2,8% menjadi Rp 14,14 triliun dari Rp 13,76 triliun pada periode yang sama tahun lalu karena efisiensi biaya operasional walaupun pendapatan bunga turun ke level Rp 24,37 triliun dari Rp 28,1 triliun di periode yang sama tahun lalu.
Tekanan jual saham BBCA tampaknya akan berlanjut hari ini karena kinerja laporan keuangan kuartalan yang kurang baik. BOW below 8300.
CLEO: 1290-1450. Laba bersih CLEO – PT Sariguna Primatirta Tbk pada Kuartal I – 2025 diperkirakan bakal menyentuh angka Rp 136 miliar atau naik 20,5% menjadi Rp 136 miliar, yang didorong kenaikan penjualan sehingga diperkirakan akan menyentuh angka Rp 650 miliar vs Rp 626 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Rumors bahwa CLEO menjadi incaran akuisisi  perusahan air minum internasional tampaknya akan membuat harga saham ini bergairah. TP: 1450.
Penulis : Edhi Adhyanugraha Pranasidhi/ Capital Market Observer