BRIEF.ID – Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo, dinilai layak menjadi sosok Panglima Tertinggi masa depan karena tegas dan piawai berdiplomasi.
Hal itu, disampaikan Dewan Pakar Bidang Politik dan Luar Negeri Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Helmy Fauzy menjelang Debat Ketiga Capres, yang akan diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024).
Helmy mengatakan, perkembangan geopolitik dunia saat ini, pertahanan dan keamanan negara tak hanya bergantung pada kekuatan militer dan sosok pemimpin yang mudah terpancing emosi.
Justru dalam situasi yang memanas, dibutuhkan sosok panglima tertinggi yang memiliki kejernihan berpikir, tenang dalam mengambil keputusan, tidak emosional, dan piawai berdiplomasi.
Hal itu disebabkan perang tak selamanya menyelesaikan persoalan, juga menimbulkan masalah kemanusiaan hingga menekan perekonomian negara, seperti yang terjadi pada perang Rusia vs Ukraina, dan Israel vs Palestina.
“Ketenangan dan ketegasan serta kemampuan berdiplomasi yang teruji, kami optimistis Mas Ganjar menjadi Panglima Tertinggi, yang mampu membawa bahtera negara ini dalam menghadapi tantangan global,” ujar Helmy yang pernah menjadi anggota Komisi I DPR RI periode 2009-2014.
Helmy menjelaskan, kepemimpinan dan kemampuan diplomasi Ganjar sudah terbukti saat menjabat sebagai anggota DPR dan terlibat memimpin pembahasan sejumlah RUU, bahkan ketika menjadi Gubernur Jawa Tengah selama 10 tahun.
Menurut dia, memimpin daerah selama dua periode berturut-turut bukan hal yang mudah, di era demokrasi yang transparan saat ini, kecuali jika memiliki kemampuan sebagai pemimpin yang dapat mengkonsolidasikan seluruh kekuatan dan menjaga kepercayaan masyarakat.
Hal itu, lanjutnya, menjadi modal kuat bagi Ganjar untuk menjadi panglima tertinggi jika nanti terpilih menjadi Presiden RI dalam Pemilu 2024.
“Menjadi panglima tertinggi itu enggak identik dengan latar belakang TNI, tapi dari kebijakannya yang terukur, dan ketegasan dalam menegakkan kebijakan tersebut,” ungkap Helmy.
Mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir, periode 2016-2020 itu, berpesan agar masyarakat Indonesia tidak terlena dengan politik pencitraan, apalagi hanya menilai dari postur yang berwibawa dan suara yang lantang.
“Jangan terlena dengan politik pencitraan. Pemimpin yang tegas tak berarti harus dengan suara yang lantang atau dengan mimik yang tegas, tapi bagaimana mampu bertahan pada prinsip dan bisa meyakinkan orang lain tanpa paksaan,” tutur Helmy.
No Comments