Tahun 2023, Bisnis Hunian Diprediksi Tumbuh 10-12%

December 30, 2022

BRIEF.ID – Pengamat bisnis properti Panangian Simanungkalit mengatakan, tahun 2023, bisnis properti masih tumbuh positif, angka pertumbuhannya tidak jauh berbeda dengan tahun ini, yakni berkisar 5-6%.

Khusus untuk sektor hunian,  tahun 2023 diprediksi tumbuh berkisar 10-12% menjadi Rp 114-117 triliun.

“Faktor pemicu pertumbuhan bisnis properti tahun depan tidak berbeda jauh dengan penggerak pertumbuhan tahun 2022,” kata Panangian seperti dilansir Investor Daily, edisi Jumat (30/12/2022).

Faktor itu antara lain adalah pertumbuhan penjualan rumah di atas 10% per tahun dan pertumbuhan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) juga mendekati 10% per tahun.  Indikator pertumbuhan ini, ditopang oleh stabilnya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), sepanjang tahun 2022 yang diperkirakan sekitar 5,35%.

“Memang harus diakui, terdapat kemungkinan penurunan pertumbuhan PDB tahun depan, menjadi berkisar 4,8-5,2%, sebagai akibat penurunan ekspor disebabkan resesi global yang

menghantui perekonomian Amerika dan Eropa, namun per tumbuhan PDB Indonesia diperkirakan tidak signifikan tertekan kebawah,” jelas Panangian.

Ia mengingatkan, faktor penekan pertumbuhan penjualan rumah adalah kemungkinan kenaikan bunga KPR pada 2023, akibat kenaikan BI 7 DRR baru-baru ini.

“Namun menurut perkiraan saya kenaikan bunga KPR

tahun depan tidak akan signifikan mengingat, pemulihan penjualan perumahan yang sudah terjadi sejak tahun 2021,” tuturnya.

Panangian menilai, sampai dengan sekarang suku bunga KPR terus dipertahankan oleh pengembang maupun perbankan, melalui kerja sama kedua pihak untuk menanggung beban kenaikan tingkat suku bunga KPR yang lebih bersifat sementara.

“Di sisi lain kita tahu bahwa tenor kredit KPR bersifat jangka Panjang,” ujar dia.

Sementara itu, sinyal penguatan sektor properti tahun 2023 tercermin dari pertumbuhan pendapatan 71 emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) per akhir September 2022.

Para pebisnis properti itu menorehkan lonjakan pendapatan sekitar 20% per akhir September 2022 dibandingkan dengan periode yang sama 2021. Bila semula tercatat sebesar Rp 54,50 triliun, kini melejit jadi Rp 65,17 triliun. Bahkan, laba bersih mereka meroket 93%, yakni dari Rp 4,42 triliun menjadi Rp 8,55 triliun.

Otot utama pendapatan para pengembang properti pada 2022 adalah bisnis hunian. Per akhir September 2022, ke-71 emiten itu mengantongi pendapatan Rp 30,32 triliun dari bisnis hunian. Angka itu setara dengan sekitar 47% dari total pendapatan mereka.

Rumah tapak menjadi kontributor utama dalam bisnis hunian, yakni Rp 21,01 triliun atau sekitar 69%. Sisanya, disumbang oleh bisnis apartemen, yakni Rp 9,30 triliun.

“Para 71 emiten itu sudah bisa merefleksikan geliat pemulihan bisnis properti yang sudah dimulai tahun lalu. Sejarah sudah membuktikan bahwa siklus pemulihan pasar properti itu biasanya akan terus berlangsung hingga menuju puncaknya (booming), seperti pada 2013-2014,” jelas dia.

Syaratnya, tambah dia, tiga indilkator makro tetap terjaga yaitu pertumbuhan kredit KPR stabil sekitar 10%, inflasi terkendali sekitar 5%, dan pertumbuhan PDB stabil diatas 5%.

Penjualan Hunian

Sementara itu, Direktur Utama PT Perdana Gapuraprima Tbk Arvin F Iskandar menyatakan sektor properti  akan mampu bertumbuh pada 2023.

“Kami masih optimistis dengan target 5-10% kenaikan penjualan pada 2023 atau sekitar Rp 500 miliar,” ujar dia.

Dia menambahkan, segmen andalan utama Gapuraprima pada 2023 adalah rumah tapak dan kavling. Guna mencapai target itu,  perseroan menerapkan strategi antara lain, penjualan perumahan untuk luasan tanah 80-120 m2 akan terus ditingkatkan.

Lalu, untuk efektivitas pembangunan perumahan akan dilakukan berdasarkan penjualan. Kemudian, cluster-cluster baru atau kavling sesuai pasar akan terus dikembangkan.

“Kami juga memberikan subsidi suku bunga KPR/KPA fixed sampai dengan dua tahun,” kata Arvin.

Faktor lain yang memungkinkan pertumbuhan properti pada tahun 2023 adalah suku bunga KPR/KPA dari perbankan naik secara bertahap atau tidak langsung naik. Selain itu, uang muka nol persen untuk mendongkrak penjualan.

Selain Gapuraprima, kelompok pengembang lainnya, Citra Swarna Group bahkan optimistis mampu menorehkan pertumbuhan penjualan sebesar 60% pada 2023 dibandingkan tahun ini.

“Hingga sekarang kami punya empat proyek kawasan perumahan yang masih berjalan. Jadi, peningkatan bisnis dari sekitar 52% ke 60 %, bukan sesuatu yang mustahil untuk kami capai pada 2023,” ujar President Director Citra Swarna Group Victor, dalam keterangan tertulis, baru-baru ini.

Pada tahun 2022, Citra Swarna Group mampu membukukan penjualan sebanyak 1.500 rumah dari empat proyek yang dikembangkan perseroan di Jawa Barat, yakni Bekasi dan Karawang serta di Tangerang, Banten.

Bagi Cushman & Wakefield, bayang-bayang resesi global pada 2023 dinilai tidak terlalu mengkhawatirkan bisnis  residensial. Bahkan, tahun depan, pasar properti  residensial  di Jabodetabek masih potensial.

“Karena  target market  properti perumahan adalah  end user, yakni mereka membeli karena butuh rumah pertama, membuat permintaan cukup stabil pada 2023,” jelas Director  Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia tutur  Arief  Rahardjo, baru-baru ini.

Pada tahun 2023, jelas Arief, banyak perumahan diperkirakan terus menyediakan produk dengan segmen yang lebih tinggi. Perumahan baru lainnya diperkirakan memasuki pasar  Tangerang pada awal 2023,  menawarkan produk mulai dari segmen menengah bawah.

“Tren semakin banyak proyek yang menawarkan rumah tiga lantai segmen atas pada 2022 diperkirakan berlanjut hingga tahun 2023,” kata Arief.

No Comments

    Leave a Reply