BRIEF.ID – Bank Indonesia (BI) menyatakan, surplus neraca perdagangan Indonesia, pada Desember 2024 adalah sebesar US$ 2,24 miliar. Surplus dipicu nilai ekspor yang mencapai US$ 23,46 miliar dan impor sebesar US$ 21,22 miliar.
Pencapaian itu mencatatkan bahwa sepanjang tahun 2024, total surplus neraca perdagangan Indonesia adalah sebesar US$ 31,04 miliar, lebih rendah dibandingkan surplus US$ 36,89 miliar pada tahun 2023.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2024 yang mencapai US$ 2,24 miliar, melanjutkan capaian surplus pada November 2024 yang menyentuh angka US$ 4,37 miliar.
“Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan ini positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas lain guna meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso di Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Surplus neraca perdagangan yang berlanjut itu, terutama bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas yang tetap baik. Neraca perdagangan nonmigas Desember 2024 mencatat surplus sebesar US$ 4,0 miliar, seiring tetap kuatnya ekspor nonmigas yang mencapai US$ 21,92 miliar.
Kinerja positif ekspor nonmigas didukung ekspor komoditas berbasis sumber daya alam seperti logam mulia dan perhiasan/permata serta bahan bakar mineral, maupun ekspor produk manufaktur seperti berbagai produk kimia serta kendaraan dan bagiannya.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan India tetap menjadi kontributor utama ekspor Indonesia. Adapun defisit neraca perdagangan migas tercatat meningkat menjadi sebesar US$ 1,76 miliar pada Desember 2024 sejalan dengan peningkatan impor migas yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan ekspor migas.
Surplus neraca perdagangan yang berkelanjutan ini memberikan kontribusi positif bagi ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
“Surplus ini mendukung stabilitas neraca pembayaran dan ketahanan eksternal Indonesia,” kata Ramdan.