BRIEF.ID –Siti Hardijanti Hastuti yang akrab disapa Tutut Soeharto, menilai wajar munculnya pro dan kontra di masyarakat terkait penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 Soeharto di Istana Negara, Jakarta, Senin.
Putri sulung Soeharto didampingi adiknya, Bambang Trihatmodjo mengungkapkan bahwa pro dan kontra adalah bagian dari dinamika demokrasi.
“Pro kontra itu biasa, masyarakat Indonesia kan macam-macam. Yang penting kita melihat apa yang telah dilakukan Pak Harto dari sejak muda sampai beliau wafat, semua perjuangannya untuk masyarakat dan bangsa Indonesia,” kata Tutut Soeharto di Istana Negara.
Ia mengatakan, keluarga tidak memiliki dendam ataupun keberatan terhadap kritik yang muncul atas keputusan tersebut, yang terpenting adalah menjaga persatuan dan tidak bersikap berlebihan dalam menyikapi perbedaan pandangan.
“Kami keluarga tidak merasa dendam, karena kan kita negara kesatuan. Boleh saja kontra, tapi jangan ekstrem. Kita jaga persatuan dan kesatuan,” jelas Tutut.
Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto yang telah menetapkan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional. Keputusan itu, kata dia, lahir dari penilaian atas rekam jejak dan kontribusi Soeharto bagi pembangunan Indonesia.
“Terima kasih banyak kepada Pak Presiden. Karena beliau tentara, jadi tahu apa yang telah dilakukan bapak. Tapi beliau juga melihat aspirasi masyarakat,” kata Tutut.
Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan bidang perjuangan kepada almarhum Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto dari Provinsi Jawa Tengah.
Keputusan itu tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116.TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
“Jenderal Soeharto menonjol sejak masa kemerdekaan. Sebagai wakil komandan BKR Yogyakarta ia memimpin pelucutan senjata di Jepang, Kota Baru 1945,” demikian petikan informasi yang dibacakan di Istana Negara Jakarta. (nov)


