BRIEF.ID — Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar US$4,34 miliar atau setara Rp72 triliun pada September 2025. Meski masih positif, capaian ini menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat surplus US$5,49 miliar, dan juga berada di bawah konsensus pasar sebesar US$4,79 miliar.
Kondisi tersebut ditopang oleh kenaikan kinerja ekspor nasional, yang melampaui pertumbuhan kinerja impor.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor nasional pada September tumbuh 11,41% secara tahunan (year-on-year/YoY), meningkat signifikan dari pertumbuhan 5,78% YoY pada Agustus dan melampaui perkiraan analis yang berada di kisaran 7,72% YoY.
Kenaikan ekspor ditopang oleh peningkatan pengiriman komoditas unggulan seperti minyak sawit, batu bara, serta produk logam dasar, seiring membaiknya permintaan global dan stabilnya harga komoditas utama.
Sementara itu, impor juga menunjukkan peningkatan cukup kuat sebesar 7,17% YoY, berbalik arah dari kontraksi 6,56% YoY pada bulan sebelumnya dan jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 1,00% YoY. Lonjakan impor mencerminkan meningkatnya aktivitas manufaktur dan permintaan bahan baku serta barang modal di dalam negeri.
Meskipun surplus perdagangan masih terjaga, penurunan dibanding bulan sebelumnya menunjukkan mulai menguatnya tekanan dari sisi impor seiring pemulihan ekonomi domestik.
Dilansir dari Kantor Berita Antara, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta menjelaskan surplus dagang pada periode periode ini merupakan hasil dari ekspor produk Indonesia sebanyak US$24,68 miliar sekitar Rp411 triliun, dan impor ke pasar domestik sebesar US$20,34 miliar atau sekitar Rp339 triliun.
“Kenaikan ekspor utamanya didorong oleh peningkatan nilai ekspor nonmigas,” ujarnya. (ano)


