BRIEF.ID – Menu nasi goreng a’la Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri adalah sajian ikonik yang sering menjadi sorotan karena sederhana dan bercita rasa istimewa
Nasi goreng buatan Presiden ke-5 Republik Indonesia (RI) itu mencerminkan kesederhanaan Megawati sekaligus selera khas Nusantara yang kaya rasa.
Belakangan ini, rencana pertemuan Megawati dan Presiden Prabowo Subianto dikait-kaitkan dengan menu nasi goreng. Dikabarkan bahwa sajian nasi goreng khas Nusantara akan merekatkan kembali hubungan Megawati dan Prabowo.
Banyak yang menyatakan, Megawati bakal menyajikan nasi goreng dalam pertemuan dengan Prabowo. Disebut-sebut, Megawati dan Prabowo akan bertemu sebelum Rapat Kongres VI PDI Perjuangan, yang akan digelar pada April 2025.
Belakangan ini, Kabar terkait rencana pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, terus bergema dan menjadi perhatian publik.
Adalah politisi senior PDI Perjuangan Sidarto Danusubroto, yang menyampaikan pesan Prabowo kepada Megawati, di sela penyelenggaraan HUT ke-52 PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Jumat (10/1/2025).
Politisi senior PDI Perjuangan itu berharap pertemuan Megawati dan Prabowo dapat digelar secepatnya. “Lebih cepat, lebih baik pertemuan dilaksanakan,” kata Sidarto dikutip dari Kompas TV.
Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu menegaskan, pertemuan kedua tokoh bangsa itu adalah murni berdasarkan hubungan baik, yang telah terjalin lama dan sama sekali tidak terkait dengan barter status hukum.
- Hubungan Penuh Dinamika
Siapa pun tahu, hubungan Megawati dan Prabowo memiliki sejarah panjang yang penuh dinamika. Hubungan keduanya mencerminkan perjalanan politik Indonesia dari era reformasi hingga saat ini.
Pada awal reformasi, Megawati dan Prabowo sama-sama menjadi figur penting dalam politik Indonesia. Megawati adalah simbol perlawanan terhadap rezim Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto. Sedangkan, Prabowo adalah bagian dari rezim Orde Baru sebagai perwira tinggi militer.
Meskipun berasal dari latar belakang berbeda, Megawati dan Prabowo mulai saling mendekati setelah era reformasi.
Hubungan Megawati – Prabowo mencapai titik puncak ketika Megawati, sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan memilih Prabowo sebagai pasangannya pada Pilpres 2009 dengan tagline Mega-Pro.
Megawati maju sebagai calon presiden, sementara Prabowo menjadi calon wakil presiden. Namun, pasangan Mega-Pro kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang berpasangan dengan Boediono.
Meskipun kalah, koalisi ini menunjukkan upaya kedua tokoh ini untuk bersinergi, meskipun berasal dari latar belakang berbeda, yaitu sipil dan militer.
Hubungan Megawati dan Prabowo menjadi renggang setelah Pilpres 2009, ketika Prabowo mendirikan Partai Gerindra untuk membangun kekuatan politiknya sendiri, yang sering kali bersaing dengan PDI Perjuangan.
Ketegangan semakin terlihat pada kontestasi Pilpres 2014 dan 2019, disaat PDI Perjuangan mendukung Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden yang berhadapan langsung dengan Prabowo, yang pada Pilpres 2014 berpasangan dengan Hatta Rajasa. Kemudian, pada Pilpres 2024, Prabowo berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Setelah Pilpres 2019, hubungan Megawati dan Prabowo terus membaik. Meskipun kalah dalam pemilu, Prabowo diundang Presiden Jokowi untuk bergabung dalam kabinet sebagai Menteri Pertahanan.
Megawati mendukung langkah Jokowi sebagai upaya rekonsiliasi politik.
Dalam beberapa kesempatan, Megawati dan Prabowo terlihat bersama dalam acara resmi, ini menunjukkan hubungan kedua tokoh yang semakin harmonis.
Setelah Prabowo terpilih sebagai Presiden pada Pilpres 2024, hubungan keduanya tetap positif. Megawati, sebagai tokoh politik, dianggap sebagai salah satu penasihat informal bagi Prabowo.
Pertemuan kedua tokoh yang kini direncanakan, dianggap sebagai langkah penting untuk memperkuat stabilitas politik nasional.
Menurut Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah, pertemuan Megawati dan Prabowo akan digelar sebelum Kongres PDI Perjuangan, pada April 2025.
“Doakan pertemuan kedua beliau ini bisa terlaksana, setidaknya sebelum PDI Perjuangan melaksanakan Kongres,” kata Said, Kamis (16/1/2025).
Said menegaskan bahwa hubungan baik Megawati dan Prabowo jangan disimpulkan sebagai sinyal untuk membarter status hukum yang saat ini disangkakan kepada Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.
Seluruh pihak, lanjutnya, perlu jernih dalam melihat rencana pertemuan ini dan jangan membuat kesimpulan yang melompat.
Sebelumnya, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menyatakan, hubungan Prabowo dan Megawati sejak lama terjalin baik dan memiliki hubungan pribadi yang panjang. Meski hingga kini keduanya belum bertemu, komunikasi kedua tokoh itu kerap tetap terjalin melalui perantara.
”Meskipun PDI Perjuangan secara formal tidak masuk dalam pemerintahan, kami merasa bersyukur bahwa PDI Perjuangan tidak akan ke mana-mana. PDI Perjuangan tetap mendukung pemerintahan Prabowo,” kata Muzani. (nov)