BRIEF.ID – Saham Asia tergelincir pada hari Senin (13/2/2023) karena investor masih menunggu data inflasi Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan penjualan ritel yang diperkirakan dapat mengguncang prospek suku bunga secara global.
Data inflasi AS juga diprediksi dapat menahan atau mungkin mempercepat lonjakan imbal hasil obligasi baru-baru ini.
Suasana misteri geopolitik, yaitu perang Ukraina vs Rusia ditambah lagi berita bahwa angkatan udara AS telah menembak jatuh objek terbang di dekat perbatasan Kanada, objek keempat yang jatuh bulan ini.
Kalangan pejabat menolak untuk berkomentar apakah objek yang ditempak mirip dengan balon Tiongkok putih besar yang ditembak jatuh awal bulan ini.
Bagaimanapun, penembakan objek itu memberikan alasan ekstra agar investor berhati-hati dan indeks MSCI (Morgan Stanley Capital International) terluas dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang yang turun 0,1%, setelah turun 2,2% pekan lalu.
Indeks Nikkei Jepang (N225) turun 0,5%, dan Korea Selatan (KS11) 0,3%. S&P 500 berjangka turun 0,2%, dan Nasdaq berjangka turun 0,3%.
Arah jangka pendek untuk aset dapat ditentukan dengan baik oleh data harga konsumen dan penjualan ritel AS, pada pekan ini, dengan banyak bertumpu pada apakah inflasi terus melambat pada bulan Januari.
Prakiraan angka menengah dan harga konsumen inti naik 0,4% untuk bulan ini, dengan penjualan rebound sebesar 1,6%.
Risiko bisa naik mengingat analisis ulang faktor musiman yang dirilis pekan lalu melihat revisi naik ke CPI pada bulan Desember dan November. Itu mengangkat inflasi inti secara tahunan tiga bulan menjadi 4,3%, dari 3,1%. Baca selengkapnya
Ada juga perubahan pembobotan untuk biaya hunian dan harga mobil bekas yang mungkin membuat CPI lebih tinggi. (Reuters)
No Comments