BRIEF.ID – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turun tajam ke Rp16.225 per Dolar AS karena investor beralih ke US Treasury dan meninggalkan emerging market termasuk Indonesia.
Berdasarkan data transaksi antarbank hari ini, Kamis (19/12/2024), kurs rupiah dibuka melemah 0,79% atau 127 poin menjadi Rp16.225 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.098 per dolar AS.
Pelemahan rupiah terjadi seiring pengumuman Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin di kisaran 4,25% hingga 4,50%.
Pemangkasan suku bunga The Fed tersebut membuat investor meninggalkan emerging market dan mengalihkan portofolio investasi ke obligasi AS dan dolar AS.
Hal itu, membuat imbal hasil Treasury melonjak tajam. Imbal hasil pada US Treasury 10 tahun naik menjadi 4,49%, tertinggi sejak Mei 2024. Sedangkan imbal hasil US Treasury 2 tahun melonjak lebih dari 8 basis poin menjadi 4,35%.
Lonjakan imbal hasil treasury itu dipicu ekspektasi pasar yang melihat sinyal pemangkasan suku bunga The Fed lebih lanjut mungkin akan lebih sedikit pada 2025 dan 2026.
Tak hanya itu, indeks dolar AS juga melambung ke 108,18 pada Kamis dini hari, rekor tertingginya sejak 10 November 2022 atau dua tahun lebih.
Kenaikan imbal hasil dan indeks dolar ini menunjukkan jika investor kembali membeli instrumen berdenominasi dolar AS. Kondisi ini bisa memicu outflow pada Emerging Market seperti Indonesia.
Untuk perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi masih tertekan berkisar antara Rp15.610 per dolar AS hingga Rp16.300 persen dolar AS.
Adapun keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6 persen pada Rabu (18/12/2024) dinilai merupakan bentuk komitmen lembaga tersebut tetap menjaga kurs mata uang Indonesia.