BRIEF.ID – Nilai tukar (kurs) rupiah dibuka menguat pada perdagangan awal pekan ini, seiring kekhawatiran terhadap gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang melemahkan dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data transaksi antarbank hari ini, Senin (10/11/2025), kurs rupiah dibuka menguat 16 poin atau 0,10% menjadi Rp16.674 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.690 per dolar AS.
Sementara nilai tukar rupiah di pasar spot hari ini, dibuka menguat 0,03% di level Rp16.680 per dolar AS. Penguatan rupiah terus berlanjut hingga menyentuh level Rp16.662 pada pukul 10:30 WIB.
Penguatan kurs rupiah terjadi seiring terkikisnya keperkasaan dolar AS sejak pekan lalu. Pada perdagangan pagi ini, indeks dolar AS melanjutkan pelemahan dan berada di 99,628.
Selain rupiah, sejumlah mata uang Asia juga menguat terhadap dolar AS, antara lain Won Korea Selatan (+0,54%), Ringgit Malaysia (+0,14%), Dolar Taiwan (+0,1%), dan Peso Filipina (+0,08%).
Penutupan pemerintah (government shutdown) AS yang telah berlangsung selama 40 hari dan menjadi yang terlama dalam sejarah, telah memicu kekhawatiran masyarakat dan pelaku busnis terhadap gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun kelangsungan dunia usaha.
Hasil riset terbaru Universitas Michigan melaporkan sebanyak 71% masyarakat cemas bakal menjadi pengangguran jika government shutdown terus berlangsung.
Hal itu, membuat investor memilih mengalihkan modal dari dolar AS dan US Treasury ke logam mulia. Selain itu, emerging market juga menjadi incaran pengalihan modal.
Ketidaktersediaan data ekonomi selama government shutdown membuat investor bersikap hati-hati, dan hanya mengandalkan arah kebijakan moneter Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed).
Ketika pemerintahan AS sudah berfungsi normal, maka berbagai rilis data ekonomi bisa kembali dilakukan. Dengan demikian, pasar tidak lagi ‘buta’, sehingga dampak ketidakpastian berkurang.
Untuk perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah diprediksi bergerak menguat di kisaran level Rp16.650 per dolar AS hingga Rp16.690 per dolar AS. (jea)
