BRIEF.ID – Nilai tukar (kurs) rupiah anjlok pada perdagangan akhir pekan, Jumat (22/8/2025), imbas data Purchasing Managers’ Index (PMI) AS Agustus 2025 yang dirilis S&P Global.
Berdasarkan data transaksi antarbank hari ini, kurs rupiah dibuka melemah 0,31% atau 51 poin menjadi Rp16.339 per dolar Amerika Serikat (AS) dari posisi sebelumnya Rp16.288 per dolar AS.
Sementara di pasar spot, nilai tukar rupiah terkoreksi 0,25% menjadi Rp 16.326 per dolar AS, dan terus melemah ke level Rp16.339 per dolar AS pada pukul 11:00 WIB.
Pelemahan rupiah terjadi seiring pergerakan indeks dolar AS, yang ditutup menguat 0,44% ke 98,646. Kenaikan indeks dolar AS tersebut menjadi yang tertinggi sejak 5 Agustus 2025.
Tidak hanya rupiah, sejumlah mata uang utama Asia juga tergelincir ke zona merah, antara lain dolar Taiwan yang terkoteksi 0,47% terhadap dolar AS
Indeks dolar AS menguat seiring keyakinan investor yang berkurang terhadap kemungkinan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuan dalam pertemuan pada September 2025.
Berdasarkan data CME FedWatch terbaru, probabilitas penurunan FFR sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4%-4,25% dalam rapat September hanya sebesar 75%. Probabilitas tersebut menjadi yang terendah dalam sebulan terakhir.
Perkembangan ini muncul setelah rilis data terbaru S&P Global mengenai Purchasing Managers’ Index (PMI) AS pada Agustus 2025, yang diprediksi berada di 55,1 berdasarkan pembacaan awal (flash reading). Data PMI tersebut adalah yang tertinggi sepanjang 2025.
PMI sektor manufaktur pada Agustus berada di 53,3, Naik dibandingkan Juli yang sebesar 49,8 dan dan menjadi yang tertinggi sejak Mei 2022.
Data ini memberi gambaran bahwa ekonomi AS masih solid.
Dengan demikian, kebutuhan akan stimulus moneter berupa penurunan suku bunga acuan menjadi lebih kecil, sehingga tidak mendesak bagi The Fed untuk menurunkan FFR.
Untuk perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah diprediksi bergerak melemah di kisaran level Rp 16.300 per dolar AS hingga Rp16.400 per dolar AS. (jea)