BRIEF.ID – Patung Buddha Maha Paranibbana yang biasa disebut patung Buddha tidur di Maha Vihara Mojopahit, Mojokerto, Jawa Timur, pada Rabu (15/5/2024) dimandikan. Ritual memandikan patung Buddha tidur terbesar di Indonesia, menjadi salah satu prosesi persiapan perayaan Waisak tahun 2568 Buddhis, yang jatuh pada 23 Mei 2024.
Patung berwarna emas itu memiliki panjang 22 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 4,5 meter. Patung Buddha tidur raksasa ini berada di tengah kolam ikan di area selatan Maha Vihara Mojopahit. Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mengukuhkan patung Buddha tidur terbesar di Indonesia, pada tahun 2001.
Prosesi memandikan patung Buddha tidur ini melibatkan 8 orang pegawai Maha Vihara Mojopahit. Mereka menyiram semua bagian patung Buddha tidur dengan air yang berisi bunga mawar, melati, kantil dan kenanga. Selanjutnya, kotoran pada permukaan patung dibersihkan menggunakan sikat.
Patung Buddha Maha Paranibbana kemudian dibilas dengan air bersih yang dialirkan melalui selang. Tak ketinggalan, relief yang menghiasai pondasi patung Buddha tidur juga dicuci sampai bersih.
“Bersih-bersih patung Buddha tidur dalam rangka menyambut Waisak yang jatuh pada 23 Mei nanti,” kata Ketua Maha Vihara Mojopahit Bhante Nyanaloka Sthavira kepada wartawan di Dusun Kedungwulan, Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto, Rabu (15/5/2024).
Patung Buddha Maha Paranibbana menggambarkan detik-detik wafatnya Buddha Gautama. Sang Buddha wafat dengan posisi seperti tidur miring ke kanan dengan telapak tangan kanan di bawah kepalanya. Pose tersebut sudah menjadi keseharian Sang Buddha setiap istirahat.
Bagi umat Buddha, patung raksasa ini menjadi bagian tak terpisahkan dari Maha Vihara Mojopahit. Sebab, menjadi salah satu objek pradaksina dalam perayaan Waisak. Yaitu prosesi mengelilingi objek-objek yang dihormati dalam ajaran Buddha di area vihara searah jarum jam dengan posisi objek selalu di sebelah kanan.
“Maknanya membersihkan kembali patung Buddha yang merupakan simbol wafatnya Sang Buddha. Menggunakan bunga karena sesuatu yang disakralkan, patung ini akan dijadikan tempat umat Buddha untuk puja bakti,” terang Bhante Nyanaloka.
Pondasi patung Buddha tidur raksasa ini dihiasi relief yang indah. Relief sisi timur bersambung dengan sisi utara. Bagian tersebut menceritakan perjalanan Buddha Gautama ke Kusinara 3 bulan sebelum wafat. Kala itu, Siddhartha lebih banyak dalam posisi tidur miring ke kanan saat mengajarkan ajaran Buddha kepada para pengikutnya karena kondisi fisiknya yang sudah tua.
Sejarah Siddhartha Gautama
Relief sisi depan dan utara menceritakan sejarah Siddhartha Gautama menjelang paranibbana atau wafat. Paranibbana menjadi pencapaian tertinggi dalam Buddha. Manusia yang mencapai paranibbana terbebaskan dari kelahiran di 31 alam kehidupan. Sedangkan relif sisi belakang dan selatan menjadi satu kesatuan. Bagian ini menceritakan hukum karma atau sebab akibat di dunia.
Menurut Bhante Nyanaloka, Hari Raya Waisak tahun 2568 Buddhis Era atau 2024 masehi jatuh 23 Mei nanti. Detik-detik Waisak tepat pukul 21.15 WIB. Tahun ini, Waisak mengusung tema ‘Keharmonisan Merupakan Hidup Berdampingan dalam Berbangsa’. Perayaannya nanti didahului dengan prosesi pradaksina.
“Kemudian dilanjutkan doa-doa agama Buddha sambil menunggu detik-detik Waisak pukul 21.15,” tandasnya.
Patung Buddha Maha Paranibbana dibangun sangat megah untuk menghormati Guru Agung Buddha, Siddhartha Gautama. Sang Buddha lahir dengan nama Siddhartha Gautama di Taman Lumbini, Kota Kapilavastu, India tahun 623 sebelum masehi (SM).
Ia anak tunggal penguasa Kerajaan Kosala, Raja Suddhodana dan Dewi Maha Maya. Siddhartha mencapai pencerahan dan menjadi Buddha saat bertapa di bawah pohon Bodhi di Hutan Gaya, India tahun 588 SM pada usia 35 tahun.
Buddha Gautama wafat setelah 40 tahun mengajarkan Agama Buddha pada tahun 543 SM. Ketiga peristiwa tersebut terjadi pada waktu yang sama, yaitu pada purnama sidhi di Bulan Waisak dalam kalender Buddha. Momen kelahiran, mencapai pencerahan dan wafatnya Siddhartha Gautama diperingati sebagai Hari Raya Waisak oleh umat Buddha.
Pembangunan Maha Vihara Mojopahit dan patung Buddha tidur diprakarsai Bhikkhu Viriyanadi Maha Tera. Maha Vihara Mojopahit dibangun tahun 1987, lalu diresmikan Gubernur Jatim, Soelarso pada 31 Desember 1989. Sedangkan patung Buddha tidur dibangun tahun 1993 melibatkan pematung dari Solo, Jateng, serta pematung dari Desa Bejijong dan Desa/Kecamatan Trowulan.
Patung raksasa itu baru dicat warna emas tahun 1999. Karena emas dinilai sebagai warna paling bagus untuk menghormati Buddha Gautama. Seiring berjalannya waktu, patung Budha tidur raksasa ini juga menjadi destinasi wisata. Toleransi antarumat beragama begitu kental di tempat ini. Saat ini, objek wisata tersebut dikelola Yayasan Lumbini. Setiap pengunjung harus membayar sumbangan dana kebersihan Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 3.000 untuk anak-anak.