BRIEF.ID – Bertemu, berdiskusi, dan bercengkerama dengan teman-teman semasa Sekolah Menengah Atas (SMA), menjadi sebuah pengalaman indah, yang sarat emosi dan nostalgia.
Pertemuan yang dikenal dengan sebutan reuni, menjadi ajang paling mengesankan untuk mengenang masa-masa indah semasa di bangku sekolah, berbagi kabar, dan mempererat kembali hubungan yang sempat terputus.
Adalah Desa Tumaluntung yang terletak di Kabupaten Minahasa Utara, menjadi lokasi reuni teman-teman semasa bersekolah di SMA Negeri I (SMANSA) Manado tamatan 1985. Meskipun belum lengkap, pertemuan ini dapat disebut sebagai reuni ‘tipis-tipis’ sebab cukup banyak yang hadir.
Acara digelar di tengah perkebunan yang asri, pada Jumat (3/1/2024) tampak semarak seiring antusiasnya para mantan murid SMANSA Manado, Sulawesi Utara. Mereka terlihat antusias menyanyikan lagu-lagu nostalgia, melakukan line dance, Maumere, dan cha-cha. Lagu-lagu pengiring line dance, di antaranya Jang Bale, Batega, Ayam Kaki Kuning, dan Mama Baju Hitam bergema untuk mengajak hadirin bergoyang.
Wajah-wajah yang rata-rata berusia di atas 55 tahun itu pun terlihat ceria dan gembira.
“Adoh, mantap sekali tu line dance. Umur so tua, maar senang sekali boleh ber-line dance. Kita pe baju riki basah dan harus bungkus deng tisu tu bagian pinggiran leher, supaya ndak maso angin,” kata Meiske Kumurur, pensiunan Bank SulutGo, bank milik pemerintah provinsi Sulawesi Utara.
Ulang Tahun
Keakraban para alumni SMANSA Manado tamatan tahun 1985 itu dibalut dalam suasana kekeluargaan. Apalagi reuni ‘tipis-tipis’ itu diselenggarakan bertepatan dengan hari ulang tahun (HUT) ke-58, rekan Janry Antonius Pangemanan. Janry adalah tamatan SMANSA Manado tahun 1985.
Ia melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, kemudian menempuh pendidikan spesialis penyakit jantung di Universitas Indonesia (UI) di Depok, Jawa Barat.
Kini, Janry yang beristrikan seorang dokter alumni SMANSA Manado, Grace Pangemanan Kandou telah dikarunia tiga orang anak dan dua orang cucu. Sehari-hari, ia berprofesi sebagai dokter ahli jantung terkemuka di Kota Manado.
“Saya bersyukur kepada Tuhan, pada hari ulang tahun saya, teman-teman sesama alumni SMANSA Manado dapat bersama keluarga, jemaat Kolom I Jemaat GMIM Yesus Memberkati, juga teman seprofesi merayakan ulang tahun. Ini adalah kesempatan yang sangat baik,” kata Janry.
Ia juga mengajak rekan-rekannya sesama alumni SMANSA Manado berinteraksi dan berbagi pengalaman, sejak semasa sekolah, kuliah, hingga bekerja sebagai dokter ahli jantung.
“Persahabatan adalah bagian dari kehidupan. Selalu hadir kapan saja dan di mana saja. Apalagi bersama-sama teman-teman semasa sekolah SMANSA Manado, kami sering bertemu dan berbagi pengalaman, ” jelas Janry.
Kegembiraan serupa juga diungkapkan rekan-rekan Janry lainnya. Mereka adalah Lenna Adrah, Joice Tenges, Elsye Celvia Mongisidi, Meiske Kumurur, Lily Suawa, Jane Pakasi, Novy Lumanauw, Meppy Manuhutu, James Sege, Frangkie Kuhu, Maxi Lengkoan, Roy Rawis, Wahyu Darmono, dan Rolly Van Gobel.
“Aduh, senang sekali bertemu dengan teman-teman semasa SMA. Hubungan kami memang sangat akrab. Saat ini, torang (kami) dapat bernyanyi, ber-chacha, dan sekaligus melepas rindu,” kata Elsje, yang berprofesi sebagai bankir .
Menurut Elsje, reuni di Desa Tumaluntung menjadi kenangan indah tal terlupakan serta momen bernostalgia dan menghidupkan kembali saat-saat indah semasa duduk di bangku sekolah.
Sementara itu, Lenna Adrah mengungkapkan, reuni ‘tipis-tipis’ di Tumaluntung sangat membahagiakan.
“Bakudapa seperti ini suasananya penuh kehangatan, nostalgia, dan tawa,” kata Lenna.
Lenna yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) menyatakan, reuni ‘tipis-tipis’ yang digelar bertepatan ulang tahun Janry mempertemukan teman lama dan keluarga yang jarang berkumpul.
“Berbagi cerita, mengenang masa lalu, dan menciptakan kenangan baru,” kata Lenna. (nov)