BRIEF.ID – HUT ke-80 Kemerdekaan RI tahun ini, dimaknai secara khusus oleh Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) dengan melakukan upacara mengawali Ibadah Hari Minggu, 17 Agustus 2025.
Upacara dilakukan dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta, Pembacaan Teks Pancasila, dan Pembacaan Teks Proklamasi yang menjadi bagian dari Tata Ibadah Hari Minggu jemaat GPIB yang tersebar di 26 Provinsi di Indonesia. Bendera Merah Putih pun dipasang di sisi kanan atau kiri mimbar (tempat khotbah pendeta).
Pelaksanaan upacara melibatkan anggota jemaat dari berbagai kategori usia, mulai dari anak-anak hingga lanjut usia (lansia). Setelah upacara selesai, Ibadah Hari Minggu pun dimulai, ditandai dengan penyalaan 1 lilin.
Di Jemaat GPIB “Taman Harapan” Jakarta Timur, Ibadah Hari Minggu dan HUT Ke-80 Kemerdekaan RI juga diwarnai dengan persembahan pujian oleh pelayan dan anak layan dari Pelkat Pelayanan Anak (guru dan murid Sekolah Minggu).
Mereka menyanyikan lagu Kidung Jemaat Nomor 336 “Indonesia, Negaraku” sambil melambaikan hiasan bendera merah putih kecil yang semakin memperkuat pesan dari lirik lagu tersebut dalam 4 bait syair ciptaan A. Simanjuntak, sebagai berikut:
1. Indonesia, negaraku, Tuhan yang memb’rikannya;
kuserahkan di doaku pada Yang Mahaesa.
2. Bangsa, rakyat Indonesia, Tuhanlah pelindungnya;
dalam duka serta suka Tuhan yang dipandangnya.
3. Kemakmuran, kesuburan, Tuhan saja sumbernya;
keadilan, keamanan, Tuhan menetapkannya.
4. Dirgahayu Indonesia, bangsa serta alamnya;
kini dan sepanjang masa, s’lalu Tuhan sertanya.

Jemaat yang hadir juga turut memaknai HUT ke-80 Kemerdekaan RI dengan memakai pakaian bernuansa merah putih, serta baju daerah atau etnik.
Dalam khotbah yang disampaikan Pendeta Yuniar Jauhari, dengan tema “Kesadaran dan Pengorbanan untuk Kemerdekaan” refleksi dari Kitab Ester Pasal 3 ayat 1-6, jemaat didorong untuk tetap menjaga integritas di tengah berbagai tekanan hidup.
Setiap berkat yang diperoleh, baik melalui jabatan atau kekuasaan, hendaknya digunakan untuk kebajikan bagi banyak orang, bukan untuk menuntut hormat, atau kesombongan.
Pendeta Yuniar juga mendorong jemaat untuk tetap mendoakan bangsa dan negara, serta mengisi keemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan, dengan semangat untuk berbagi atau mendatangkan damai sejahtera bagi sesama. (jea)