BRIEF.ID – Menteri Agama Nasaruddin Umar menjadi penceramah tentang keutamaan niat berpuasa, pada malam pertama Salat Tarawih Ramadan 1446 H di Masjid Istiqlal, Jakarta.
“Izinkan Saya menyampaikan, mumpung masih awal Ramadhan. Segala amal ibadah itu harus disertai niat. Kalau puasa tanpa niat itu diet, kalau sholat tanpa niat itu olah raga. Inti dari setiap ibadah itu adalah niat. Kalau kita lupa berniat, ini persoalan dalam ibadah kita,” kata Menag dikutip dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia, Sabtu (1/3/2025).
Di hadapan ribuan jamaah shalat tarwih, Menag mengingatkan umat Muslim yang melaksanakan puasa untuk memperbaiki niatnya dengan baik. Dalam pendekatan Fiqh, setiap ibadah itu tetap diminta untuk berniat.
“Konsep niat berpuasa menurut Imam Syafi’I, niat berpuasa dilakukan pada malam harinya. Jangan biasakan pas sahur, itu sudah pagi. Setiap malam kita harus berniat berpuasa. Tolong ingatkan keluarganya, jadi lah muballigh dan guru dirumah masing-masing,” kata Menag.
Selain itu, lanjut Menag, ada juga pendapat Imam Mazhab lainnya, yakni Imam Abu Hanifah r.a, gurunya Imam Syafi’i. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa berniat berpuasa cukup satu kali selama Ramadhan. Ini fungsinya untuk membackup pendapat Imam Syafi’I yang ketika setiap hari harus berniat berpuasa.
“Kita harus memperhatikan di awal Ramadan, kita harus membuat kejutan-kejutan di awal Ramadhan. Mohon kita mulai start mengaji atau khataman Alquran, dan mumpung libur hari Sabtu. Dan, yang memiliki rencana-rencana monumental niatkan dan mulailah pada bulan Ramadan. Seperti peletakan batu pertama sebuah bangunan, atau menulis buku, dan lainnya,” jelas dia.
Dikatakan, apapun hal besar yang direncanakan, baik aspek bisnis, sosial, kebudayaan, dan seterusnya, agar mengawalinya pada bulan suci Ramadan. Sejarah membuktikan bahwa kejadian-kejadian yang monumental itu adalah apa yang ditanamkan pada Ramadan.
“Banyak peristiwa penting dalam agama Islam terjadi pada bulan Ramadan. Seperti malam ketika diturunkannya Al-Qur’an yaitu malam nuzul Al-Qur’an. Peristiwa ini memiliki makna yang sangat penting. Selain Al-Qur’an itu diturunkan, juga sekaligus menjadikan Muhammad SAW menjadi nabi sekaligus sebagai rasul,” jelas Menag. (nov)