Purnomo Yusgiantoro: Swasembada Pangan dan Energi Harus Sejalan

Penasihat Presiden Bidang Energi, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan swasembada pangan dan energi harus sejalan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Swasembada pangan dan energi yang menjadi Program ke-2  Asta Cita Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto  tak bisa berjalan sendiri-sendiri.

Terkait hal itu, Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) bekerja sama dengan University of Waterloo dalam FINCAPES Project yang didanai Pemerintah Kanada, meluncurkan Center of Excellence for Climate Finance Policy Research, Education, and Training, “RECLICKS”, di Jakarta, Jumat (22/8/2025).

RECLIKS merupakan proyek kerja sama Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) dengan University of Waterloo dalam rangka memperkuat kerangka kebijakan perubahan iklim (climate change) di Indonesia, terutama di sektor energi.

Meski demikian, riset yang dilakukan tidak hanya soal langkah-langkah menuju swasembada energi, tetapi juga masalah pangan, karena  berkaitan dengan isu perubahan iklim (climate change).

“Perubahan iklim tidak hanya berkaitan dengan sektor energi yang disebut-sebut menjadi penyumbang terbesar emisi karbon, tetapi juga berdampak pada masalah pangan. Jadi kalau bicara soal swasembada energi maka harus sejalan dengan swasembada pangan, supaya bisa mensejahterakan rakyat,” kata dia.

Mengenai kebijakan pemerintah di bidang transisi energi, Purnomo menyampaikan,  fokus pada kebijakan strategis, dengan menyiapkan konsep berdasarkan kajian dan riset.

Di level kebijakan strategis, pemerintah telah mendorong penggunaan batubara diganti dulu dengan biomass. Kemudian Biofuel 45 diganti dengan Biofuel 50.

Selain itu, Bahan Bakar Minyak (BBM) RON 88 (Pertalite), perlahan diganti dengan RON 92 (Pertamax). Kemudian untuk Solar diganti dengan Biosolar dan akan ditingkatkan menjadi Bioetanol.

“Ini nanti kita mau menjajaki kemungkinan Sopar diganti menjadi Bioetanol. Tadinya kan, hanya Biosolar saja,” ujar Purnomo.

Selanjutnya, Purnomo mengungkapkan, pihaknya sedang mengkaji bagaimana mengembangkan coal liquefaction dan coal gasification untuk mengkonversi penggunaan LPG dan batu bara.

Lewat kebijakan ini, impor LPG dapat dikurangi, dan batubara dapat dicadangkan hingga 150 tahun.

“Cadangan Batubara kita itu siap untuk 50 tahun. Tetapi kalau sumber daya itu dikonversi dengan penggunaan coal liquefaction dan coal gasification, maka cadangan batubara kita bisa sampai 150 tahun,” ungkap Purnomo.

Dia menjelaskan, dengan mendorong transisi energi, maka selain dapat menekan emisi karbon, Indonesia juga dapat menuju swasembada Energi pada Tahun 2060.

Dia mengungkapkan, upaya mewujudkan swasembada energi dilakukan bertahap. Saat ini konversi dari batubara dan LPG ke coal liquefaction dan coal gasification sudah dirintis di Sumatera Selatan, dan diharapkan berkelanjutan ke daerah lainnya.

“Kita dorong konversi energi bersih untuk menggantikan yang kotor, sekaligus dapat mengurangi impor dan menambah cadangan energi di dalam negeri. Semuanya berkelanjutan sampai terwujud swasembada energi pada 2060,” tutur Purnomo.  (Nov)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

PYC Gandeng University of Waterloo Kaji Kebijakan Pembiayaan Iklim untuk Transisi Energi

BRIEF.ID - Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) bekerja sama dengan...

Media SUAR Resmi Diluncurkan

BRIEF.ID - Media baru bernama SUAR resmi diluncurkan dalam...

Purnomo Yusgiantoro Dorong Partisipasi Internasional dan Dunia Usaha Turunkan Emisi Karbon Indonesia

BRIEF.ID - Penasihat  Presiden Bidang Energi, Purnomo Yusgiantoro mendorong...

Menkeu Sebut Peningkatan Penerimaan Pajak & Pertumbuhan Investasi Jadi ‘PR’ 2026

BRIEF.ID – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan...