BRIEF.ID – Ada adagium yang menyatakan, “satu orang saja cukup untuk membuat pasar modal dan keuangan dunia jatuh berkali-kali dan naik dalam waktu semalam saja.”
Adagium ini sangat pas untuk situasi saat ini, ketika pasar modal dan keuangan di berbagai negara, termasuk Indonesia mengalami jatuh – bangun alias gonjang ganjing. Adalah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai sumber petaka yang terjadi saat ini.
Sulit dibayangkan, pasar modal dan keuangan global yang sebelumnya adem ayem, kini mengalami volatilitas tinggi akibat penerapan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat.
Pada 2 April 2025, Presiden Trump mengumumkan tarif sebesar 104% pada impor dari Tiongkok dan tarif bervariasi untuk negara-negara lain, yang bertujuan mengurangi defisit perdagangan AS dan mendorong manufaktur domestik.
Sebagai tanggapan, Tiongkok memberlakukan tarif 84% pada barang-barang AS, sementara Uni Eropa mengenakan tarif balasan senilai €21 miliar yang menargetkan produk-produk dari negara bagian yang mendukung Trump.
Pengumuman tarif resiprokal mengakibatkan penurunan tajam di pasar saham global. Dow Jones Industrial Average turun lebih dari 4.000 poin dalam kurun 48 jam dan indeks Nikkei Jepang anjlok hampir 8% sehingga memicu penghentian perdagangan sementara.
Investor beralih ke aset safe-haven tradisional seperti emas, yang mencapai rekor tertinggi di atas US$ 3.000 per ons, dan franc Swiss. Yen Jepang juga menguat, naik 7,5% sepanjang tahun 2025.
Presiden Trump berhasil menghapus kapitalisasi pasar senilai US$ 5 triliun yang setara dengan sekitar Rp 84 ribu triliun dan membalikkan hampir semuanya kembali dalam kurun waktu semalam.
Keputusan Presiden Trump yang diumumkan melalui platform “X” untuk menunda pemberlakuan kenaikan tarif impor selama 90 hari bagi 75 negara, tidak termasuk Tiongkok yang dinilai tidak melawan dan bersedia bernegosiasi dengan AS, disambut pasar saham global, terutama Wall Street dengan kenaikan rata-rata 10% atau kenaikan tertinggi dalam sejarah. Pengumuman ini memicu reli di pasar saham, di mana S&P 500 naik lebih dari 7% dan Nasdaq mencatat kenaikan harian terbaik sejak 2001.
Bagi kalangan investor yang terlanjur cut loss dan tidak sempat membeli kembali saham yang sudah dijualnya, peristiwa ini tentunya sangat menyakitkan.
Inilah mengapa saya melalui The Premium Letter (TPL) selalu menyarankan untuk konsisten membeli ketika harga atau indeks jatuh dalam karena presiden aki-aki biasanya ya begitu…suka flip-flop. Beberapa jam sebelum mengumumkan keputusan untuk menunda kenaikan tarif, sempat-sempatnya Presiden Trump melalui “X” berkata: It is a great time to buy. Haruskah Presiden Trump dikenai pasal insider trading?
Anyway, yang harus tetap kita persiapkan adalah kenyataan bahwa perang tarif antara AS dan Tiongkok masih saja berlangsung dan semakin panas karena Tiongkok bukan bagian dari 75 negara yang tidak melawan Trump.
Sebagai bentuk kepercayaan diri, Pemerintah Tiongkok menaikkan tarif impor semua barang dari AS total sebanyak 84% dan dibalas oleh Trump dengan kenaikan tarif impor sebesar total 125%. Kondisi ini mau atau tidak mau dalam beberapa waktu mendatang berpotensi juga mengkoreksi kenaikan indeks-indeks pasar saham global.
Sebagai investor pasar modal, tetap stay smart, wise, calm, and manage your cash properly…. jangan terlau excited jangan pula mau ditakut-takuti oleh penyebar fear. TPL will always be with you, giving you the most comprehensive market and macroeconomics analysis.
Pada perdagangan pagi ini, Rupiah diperdagangkan pada posisi Rp 16.831 per dolar AS.
Harga emas di pasar berjangka berada di level US$ 3.081 per ons, naik US$ 98 dolar dari posisi sebelumnya. Namun, angka ini masih di bawah harga tertingginya sepanjang masa pada US$ 3.168 per ons.
Harga batubara untuk pengiriman April berada di level US$ 96 dolar per metrik ton atau turun 1,53%.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Support di kisaran 5.912 – 5.944 dan Resistance di angka 6.178 – 6.224.
Ada pun saham pilihan yang direkomendasikan adalah BMRI, BBRI, BBNI BBTN, ASII, TLKM, DKFT, ANTM, BRMS, BBCA, WIFI, dan DATA. Saham yang tergolong murah untuk di-collect adalah AADI, CBDK, TOBA, PSAB, SCMA, dan SMRA. Penulis : Edhi Adhyanugraha Pranasidhi/ Capital Market Observer