BRIEF.ID – Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Jae-myung menegaskan, penahanan ratusan pekerja saat penggerebekan di pabrik baterai Hyundai di Amerika Serikat (AS) akan berdampak signifikan pada investasi langsung Korsel di AS, pada masa mendatang.
Lee mengungkapkan, peraturan visa yang ketat sangat merugikan perusahaan-perusahaan Korsel.
“Jika Anda bertanya apakah situasi ini akan mempengaruhi kerja sama antara Korea Selatan dan AS, maka sejauh ini kami belum mempertimbangkan masalah ini secara mendalam,” ujar Lee dalam konferensi pers yang menandai 100 hari masa jabatannya.
Ia mengatakan, perusahaan-perusahaan Korsel yang telah memasuki pasar AS kini sangat gelisah. Sebab perusahaan-perusahaan Korsel membutuhkan teknisi untuk memasang peralatan ketika membangun lini produksi di AS.
Teknisi tersebut membutuhkan visa tinggal jangka pendek, bukan visa jangka panjang atau visa kerja. Tidak ada tenaga ahli seperti itu di AS, sehingga Korsel telah meminta izin tinggal sementara bagi karyawannya.
“Jika hal ini tidak memungkinkan, perusahaan-perusahaan akan mulai ragu apakah membangun pabrik di AS layak dilakukan, mengingat hal itu menimbulkan kesulitan dan sanksi yang berkelanjutan. Hal ini dapat berdampak sangat serius pada investasi langsung di AS di masa mendatang,” kata Lee.
Saat ini, Seoul sedang merundingkan visa yang sesuai untuk para insinyur dengan Washington, termasuk kemungkinan penerapan kategori visa baru.
Pada Jumat (5/9/2025), Kantor Kejaksaan AS untuk Distrik Selatan Georgia mengumumkan bahwa negara bagian tersebut telah menerbitkan surat perintah penggeledahan federal berskala besar di sebuah fasilitas Hyundai di Georgia dan menahan setidaknya 475 pekerja ilegal.
Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Hyun mengatakan lebih dari 300 di antaranya adalah warga negara Korea Selatan.
Seorang warga negara Indonesia yang memiliki dokumen lengkap juga tertangkap dalam razia tersebut saat sedang melakukan pertemuan dengan pihak Hyundai. (Ant/Nov)