BRIEF.ID – Kandidat kubu reformis Masoud Pezeshkian dan kandidat kelompok garis keras Saeed Jalili, bersaing ketat dalam penghitungan suara sementara Pemilu Presiden (Pilpres) Iran 2024, Sabtu (29/6/2024). Diperkirakan tak ada kandidat bakal meraih lebih dari 50% suara sehingga kemungkinan besar akan digelar pemungutan suara putaran kedua.
Pilpres Iran 2024 berlangsung pada Jumat (28/6/2024). Ini Pilpres ke-14 bagi Iran sejak menjadi republik pada tahun 1979. Menurut jadwal, Pilpres semestinya dilangsungkan pada 2025.
Pilpres dipercepat setelah pada 19 Mei 2024 Presiden Ebrahim Raisi tewas dalam kecelakaan helikopter di Provinsi Azerbaijan Timur.
Saat melaporkan hasil penghitungan suara, televisi Pemerintah Iran tidak menempatkan salah satu dari Pezeshkian atau Jalili di posisi terdepan untuk memenangi secara langsung pemilu. Belum diketahui pula berapa angka partisipasi pemilih.
Seperti dikutip kantor berita Associated Press hingga Sabtu (29/6/2024) pukul 14.30 WIB, berdasarkan penghitungan lebih dari 19 juta surat suara, Pezeshkian meraup 8,3 juta suara, sedangkan Jalili 7,18 juta suara.
Kandidat lain, yakni Ketua Parlemen Mohammad Bagher Qalibaf, 2,67 juta suara, sementara ulama Mostafa Pourmohammadi 158.000 suara.
Pada pemungutan suara Jumat dibayangi kekhawatiran legitimasi pemerintahan mendatang karena minimnya rakyat yang datang ke bilik suara, Komisi Pemilihan Umum Iran memperpanjang pemungutan suara hingga tiga kali. Semula, pemungutan suara dijadwalkan berlangsung hanya 10 jam, dimulai dari pukul 08.00 waktu setempat dan berakhir pada pukul 18.00.
Kantor berita Iran, IRNA, melaporkan bahwa juru bicara Komisi Pemilihan Umum Iran, Mohsen Eslami, mengumumkan perpanjangan waktu pemungutan suara selama dua jam untuk yang ketiga kalinya hingga pukul 00.00 waktu setempat.
Tidak ada penjelasan mengenai penyebab perpanjangan waktu pemungutan suara oleh Eslami. Beberapa sumber menyebut perpanjangan pemungutan suara terjadi karena tingkat kehadiran pemilih minim di banyak tempat pemungutan suara. Total warga yang memiliki hak pilih sekitar 61 juta warga.
Sejumlah media Barat dalam laporannya menyebut tingkat partisipasi pemilih yang minim menjadi penyebab perpanjangan waktu pemungutan suara hingga tiga kali. Tingkat partisipasi pemilih yang minim, tulis beberapa media tersebut, menjadi bukti bahwa rezim pemerintahan garis keras dan berhaluan konservatif di bawah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei sudah tidak mendapatkan dukungan dari rakyat Iran.
No Comments