BRIEF.ID – Pakar komunikasi politik Antonius Benny Susetyo mengungkapkan bahwa strategi politik pencitraan, yang menonjolkan identitas dan simbol-simbol pada Pilpres 2024, tidak akan efektif karena pola berpikir masyarakat sudah berubah.
“Politik citra akan habis dengan sendirinya, karena rakyat punya kecerdasan luar biasa. Rakyat sudah bosan pengagungan identitas tanpa hasil jelas dan bermanfaat bagi rakyat,” kata Romo Benny saat menjadi pembicara pada diskusi Media bertajuk “ Arus Balik Politik Jokowi” yang diselenggarakan Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) di Jakarta, Jumat (6/10/2023).
Pembicara lainnya adalah Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima)
Ray Rangkuti.
Romo Benny mengatakan, ada sebuah tolok ukur yang sangat dalam untuk menentukan pemimpin, yaitu pentingnya kehadiran seorang pemimpin yang memiliki “roso,” yang berarti “rasa” atau empati kepada rakyat.
“Pemimpin yang punya roso adalah yang berusaha untuk selalu bersama rakyat. Mereka memiliki kedekatan emosional, komunikasi tidak kaku, dan tidak ada resistensi dalam berinteraksi,” jelas Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Pada kesempatan itu, Romo Benny mengajak masyarakat mempertimbangkan “roso” saat memilih pemimpin nasional.
Ia meyakini bahwa pemimpin yang memiliki “roso” akan lebih mampu memahami dan merespons kebutuhan serta aspirasi rakyat dengan lebih baik.
“Karena itu yang harus dilihat rakyat adalah roso. Bongkar budaya kepalsuan. Pemimpin itu lahir dari sebuah gagasan, tentang apa yang menjadi keluh kesah rakyat. Di situ ada semacam daya magis,” ujar dia.
No Comments