BRIEF.ID – Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, diperlukan langkah-langkah konkret dalam penanganan penurunan muka tanah (land subsidence) di kawasan Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa.
Penurunan muka tanah kini menjadi masalah lingkungan yang serius dan kompleks, yang terjadi di wilayah Jakarta, Semarang, dan Pekalongan. Penurunan muka tanah di daerah ini berdampak pada banjir rob, kerusakan infrastruktur, dan gangguan pada kehidupan masyarakat.
“Kami mencoba untuk mengurangi dampak land subsidence akibat disedotnya air dalam tanah secara berlebihan oleh jutaan penduduk Jakarta,” kata AHY seperti dikutip dari Antara, Kamis (9/1/2025).
AHY mengatakan, penurunan muka tanah disebabkan oleh eksploitasi air tanah secara berlebihan oleh penduduk, terutama di Jakarta, yang mencapai jutaan jiwa. Upaya untuk mengatasi masalah ini, lanjutnya, termasuk mengurangi dampak dari penggunaan air tanah secara berlebihan dengan menyediakan pasokan air bersih dari berbagai sumber, seperti Jatiluhur dan Karian.
Selain itu, pemerintah juga tengah berupaya untuk melakukan normalisasi terhadap 13 sungai yang ada di Jakarta guna mencegah dampak lebih lanjut akibat penurunan muka tanah dan banjir rob di kawasan itu.
Ke-13 sungai di Jakarta adalah Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan, Sungai Kali Angke, Sungai Kali Krukut, Sungai Kali Mookervart, Sungai Kali Sunter, Sungai Cipinang, Sungai Kali Baru Barat, Sungai Kali Baru Timur, Sungai Kali Cideng, Sungai Kali Buaran, dan Sungai Kali Jati Kramat
Ia tidak menyebutkan secara rinci ke-13 sungai yang bakal dinormalisasi tersebut.
“Pemerintah berkomitmen untuk memperbaiki sistem saluran air dan sistem drainase limbah (sewerage) yang ada di Jakarta, agar tidak terjadi permasalahan baru di masa depan,” ujar AHY.
AHY menambahkan, bahwa jika semua langkah mitigasi ini berhasil, pembangunan tanggul raksasa di kawasan pantai akan lebih efektif dan tidak menambah masalah baru bagi masyarakat.
Ia berharap dapat mencegah kerusakan lebih lanjut dan mengurangi dampak penurunan muka tanah serta banjir rob yang merugikan banyak pihak, khususnya di Pantura.
“Jadi semuanya diperbaiki, sewerage system-nya juga diperbaiki sehingga pada saatnya ketika memang benar-benar sudah harus dibangun tanggul raksasa, ini juga sudah dibereskan masalah-masalah lainnya, sehingga tidak menimbulkan masalah baru,” kata dia. (nov)