BRIEF.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan melanjutkan penguatan setelah berada di zona hijau selama empat hari berturut-turut. Penguatan ini mencerminkan optimisme investor menyusul diterbitkannya risalah FOMC The Fed, pada 17–18 Juni 2025. Risalah ini memberi sinyal positif terkait kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga, pada Juli ini, sehingga memberi dukungan sentimen positif ke pasar global dan Indonesia.
Seperti diketahui, pada perdagangan Kamis (10/7/2025) ditutup menguat dengan kenaikan 61,45 poin untuk menembus posisi 7.005,37 atau naik 0,88%. Berdasarkan statistik RTI Business, tercatat sebanyak 204 saham mengalami koreksi, 375 saham menguat, dan 226 saham stagnan.
Volume perdagangan mencapai 21,41 miliar saham, dengan frekuensi transaksi sebanyak 1,28 juta kali, dan total nilai transaksi mencapai Rp 13,37 triliun.
Hampir semua sektor mencatatkan kenaikan. Sektor keuangan memimpin penguatan sebesar 1,86%, disusul sektor infrastruktur yang naik 1,84%, sektor energi 1,64%, sektor transportasi 1,08%, dan sektor teknologi 0,54%.
“Secara teknikal, IHSG telah menembus MA20 dan indikator MACD terindikasi membentuk golden cross. Sehingga diperkirakan IHSG berpotensi melanjutkan penguatan pada level 7.050-7.080, jika bertahan di atas level 7.000,” kata analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim di Jakarta, Jumat (11/7/2025).
Ia optimistis penguatan akan berlanjut seiring investor menantikan kabar baik dari Inggris, yang akan akan merilis Produk Domestik Bruto (PDB) bulan Mei 2025, pada 11 Juli 2025.
Menurut Ratna, PDB Inggris diperkirakan tumbuh 0,1% MoM dari kontraksi 0,3% MoM pada April 2025.
Selain itu, pada Sabtu (12/7/2025), Tiongkok akan merilis data ekspor bulan Juni 2025 yang diperkirakan tumbuh 5,5% YoY dari 4,8% di Mei 2025 serta data impor Juni 2025 yang diperkirakan naik 2,5% YoY dari turun 3,4% YoY pada Mei 2025.
Harga tembaga menguat mendekati level tertinggi sepanjang masa, pada Kamis (10/7/2025), setelah Presiden AS Donald Trump mengkonfirmasi bahwa tarif impor tembaga sebesar 50% akan efektif berlaku pada 1 Agustus 2025.
Kebijakan ini disinyalir akibat berkurangnya stok tembaga di LME karena para pedagang telah memindahkan tembaga ke AS sejak adanya ancaman tarif terhadap logam dasar dimulai sejak Februari 2025.
“Meskipun demikian kenaikan harga tembaga belum diikuti oleh kenaikan signifikan pada harga saham produsen tembaga di domestik,” jelas dia.
Ratna merekomendasikan saham perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk BRIS). (nov)